Perjuangan Dokter-dokter Muda Italia, Sembuh dari Corona Kerja Lagi

Aksi bersih-bersih Kota Roma Italia
Sumber :
  • KBRI Roma

VIVA – Salah satu negara terdampak paling parah wabah Corona COVID-19 adalah Italia. Hal itu membuat Italia kemudian mempercepat prosedur kelulusan mahasiswa Fakultas Kedokteran agar bisa turun langsung membantu secara medis. 

Hebat! Pasangan Dokter Ini Lagi-lagi Dibanjiri Rekor MURI

Hal ini dilakukan oleh pemerintah Italia sebagai bentuk upaya penambahan jumlah tenaga medis yang kini menjadi sorotan dalam menghadapi wabah mematikan tersebut. Awalnya Italia bagian utara menjadi episentrum. Diketahui Italia sudah kehilangan lebih dari 60 dokter yang meninggal saat menangani Corona.

Italia sendiri mempercepat prosedur kelulusan para mahasiswa tersebut dengan memotong masa ujian praktik di rumah sakit sehingga para dokter muda ini dapat direkrut secepatnya oleh RS demi bisa membantu staf lainnya.

Ketahui Tips Puasa Sehat untuk Penderita Diabetes, Dijamin Tahan Sepanjang Hari

Dilansir dari CNN Amerika, terdapat beberapa dokter muda yang kini sudah menjadi garda terdepan yang bergabung dalam tim medis Italia dalam menangani wabah pandemi global mengerikan itu.

Setidaknya ada dokter belia Italia yang kini sudah terjun memenuhi panggilan kemanusiaan tersebut.

5 Tips Aman dan Nyaman Mudik untuk Ibu Hamil, Jangan Lupa Konsultasi ke Dokter Kandungan

1.  Chiara Bonini (26), Bergamo

Bonini seharusnya saat ini masih menempuh ujian medis terakhirnya di Universitas L’Aquilla di Italia tengah. Namun dirinya merasa terpanggil ketika pemerintah Italia sudah melakukan seruan kepada para lulusan kedokteran untuk bisa membantu sebagai tim medis di Utara Italia.

Wanita berusia 26 tahun itu mengaku siap untuk pergi bekerja membantu dan mengabdi di kampung halamannya, Bergamo, Lombadry, Italia.

“Saya ingin membantu kota saya yang hidup di saat dramatis ini, dan sangat membutuhkan dokter,” ujar Chiara Bonini.

Menariknya, Bonini beberapa minggu belakangan sudah dinyatakan positif Corona COVID-19. Namun kini dirinya sudah dinyatakan pulih sehingga sekarang sedang menunggu izin kerjanya keluar lagi. Tentunya kalaupun turun lagi, Bonini akan melakukan tugasnya dengan prosedur yang dianggap aman.

Dia mengaku merasasedikit takut dengan pekerjaan profesional pertamanya nanti. Meskipun sudah sukses melewati virus Corona , Bonini takut jika nanti sewaktu-waktu malah menjadi silent carrier oleh para pasiennya.

“Sistem kekebalan saya sudah melawan ini. Jadi jika saya terinfeksi lagi, tubuh saya akan mengenalinya dengan cara tertentu. Satu-satunya ketakutan yang saya miliki untuk mendapatkannya kembali adalah jika saya meneruskannya (menularkannya). Aku takut menularkan penyakit ini,” kata dia.

2. Samin Sedghi Zadeh (29), Cremona

Zadeh sendiri sudah bekerja di sebuah Rumah Sakit di kota Cremona, Italia Utara yang merupakan daerah terdampak paling parah selama dua minggu terakhir.

Dia sudah meninggalkan pekerjaannya yang dinilai menjadi zona nyamannya selama ini sebagai dokter umum di RS swasta setelah pemerintah menyerukan bantuan mendesak untuk tenaga medis.

“Setahun yang lalu ketika saya lulus, saya berjanji untuk membuat diri saya berguna menghadapi krisis. Menjadi tertutup dalam kenyamanan kantor tidak membantu keadaan darurat nasional ini,” kata Zadeh.

Tidak terlepas dari itu, keluarga Zadeh berasal dari Iran yang juga merupakan termasuk negara terparah terkena COVID-19. Neneknya yang berusia 80 tahun saat ini sudah terinfeksi dan menghadapi wabah sendirian di sana.

Zadeh berkata respons Iran terhadap keadaan darurat ini lmemang ebih lemah bila dibandingkan Italia.

“Kadang-kadang ketika semua kembali normal, ingatannya pendek. Sebagai orang muda Italia, saya berharap ada lebih banyak investasi dalam sistem perawatan kesehatan untuk pelajar,” kata dia.

3. Stefania Pini (40), Cremona

Perempuan 40 tahun ini baru saja lulus dari Universitas Parma pada tahun lalu. Tapi dirinya harus terpaksa pindah ke negara tetangga, Swiss untuk mendapatkan pekerjaan setelah gagal mencari tempat tinggal di Italia.

Pini saat sama seperti para banyak lulusan Kedokteran di Italia yang memenuhi seruan pemerintah untuk membantu negaranya bergulat dengan pandemi Corona COVID-19.

“Saya menginvestasikan seluruh hidup saya untuk melakukan pekerjaan ini. Aku tidak menikah, aku hidup untuk belajar,” ujar dokter Pini.

Dirinya kini sudah bekerja di dua rumah sakit berbeda. Satu di kota asalnya dan satu lagi di Cremona, Lombardy, Italia utara yang sangat parah terdampak.

Posisi tenaga medis ini memang sementara, tetapi dia berharap di masa depan dia dapat bekerja penuh untuk negaranya sendiri.

“Saya orang italia dan saya ingin sekali bekerja di Italia,” lanjut dia.

Sebelumnya banyak RS di Italia yang kini benar-benar berada dalam banyak tekanan yang luar biasa akibat wabah Corona. Mulai dari kehabisan kamar, tenaga medis yang sedikit bahkan fasilitas yang kurang mendukung. Salah satu yang paling banyak disoroti adalah tenaga medis yang minim.

Akibatnya, Italia telah mempercepat prosedur kelulusan untuk para mahasiswa Fakultas Ilmu Kedokteran demi bisa langsung terjun menolong kebutuhan di RS.Hal itu dijelaskan oleh Dr Alessandro Grimaldi yang merupakan Direktur Penyakit Menular di Rumah Sakit SS Salvatore L’Aquilla. Dirinya berujar, sebelum benar-benar mendapatkan gelar seorang dokter maupun spesialis, para mahasiswa diharuskan untuk melakukan residensi.

Baca juga: Corona: Presiden Meksiko Sempat-sempatnya Temui Ibu Bos Kartel Narkoba

Laporan : Abdulah Saputra

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya