Siap Jalankan New Normal, Jepang Cabut Tanggap Darurat Corona

Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe
Sumber :
  • Kyodo News

VIVA –  Jepang resmi mencabut tanggap darurat nasional virus Corona secara bertahap. Jepang akan membuka kembali berbagai kegiatan, namun dengan protokol kesehatan yang harus tetap dipatuhi. Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, mengatakan, pihaknya telah memiliki kriteria yang ketat sebelum memutuskan untuk mencabut status darurat nasional virus Corona.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

"Kami telah mempertimbangkan bahwa kami sudah melewati ini semua," kata Abe, seperti dikutip Japan Times, Senin 25 Mei 2020.

Dibandingkan dengan Eropa, Amerika Serikat, dan Brasil, Jepang hanya mencatatkan 16,628 kasus infeksi COVID-19, sedangkan jumlah korban yang meninggal berada di angka 851 orang. Pada awal April 2020, Abe mengumumkan darurat nasional virus Corona karena meningkatnya kasus dan dikhawatirkan sistem kesehatan di negaranya bakal kolaps akibat kekurangan sumber daya.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Awalnya, darurat nasional virus Corona hanya diberlakukan di ibu kota Tokyo dan enam prefektur. Kemudian, Pemerintah Jepang memutuskan untuk menerapkan status darurat nasional virus Corona ke seantero negara. Kegiatan bisnis dan sekolah diminta untuk tutup, dengan warga diimbau untuk berada di rumah. Namun, tak seperti di negara lain, Jepang tak memberi hukuman bagi warga yang melanggar.

Kendati demikian, sebagian besar warga Jepang menuruti imbauan yang disampaikan pemerintah. Mayoritas jalan terkenal di Tokyo kerap sunyi selama darurat nasional virus Corona diberlakukan.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Baca Juga: New Normal, Kantor Wajib Punya Ruangan Bagi Orang Bergejala COVID-19

Darurat nasional ini sebenarnya sudah mulai dicabut di sejumlah wilayah pada pekan lalu. Akan tetapi, pemerintah Jepang masih mempertimbangkan momen yang tepat untuk mengumumkannya secara masif. Pertimbangan ini diperlukan sebelum mereka melonggarkan aturan di Tokyo dan wilayah sekitarnya, termasuk Hokkaido, yang merupakan daerah paling terdampak dari COVID-19.

PM Abe pun mengapresiasi turunnya angka penularan. Ia menyebut bahwa Jepang telah menerapkan apa yang disebut sebagai model negeri 'Sakura'. Namun, Abe memperingatkan bahwa masyarakat harus siap menjalani 'New Normal', setelah status darurat nasional virus Corona dicabut. Selain itu, warga Jepang juga harus menghindari '3C', yaitu closed space (tempat tertutup), crowded spaces (tempat ramai), dan close contact (berdekatan).

"Jika kami menurunkan kewaspadaan kami, maka kasus akan kembali dan bisa meningkat secara cepat. Makanya, kami harus tetap waspada. Mulai dari sekarang, kami harus mengubah cara berpikir," ujarnya.

Hingga saat ini, belum ditemukan alasan yang tepat mengapa dampak COVID-19 tidak begitu parah menghantam Jepang. Padahal, negara selevel mereka harus kewalahan menghadapi pandemi ini.  Salah satu pendapat yang membuat Jepang kuat melawan wabah virus Corona adalah kehidupan masyarakat mereka yang higienis dan sangat memperhatikan kesehatan. Contohnya, mereka selalu menaruh sepatu di luar.

Mengutip Worldmeters, Jepang sempat menjadi sorotan karena hanya menggelar 270.000 tes. Hal tersebut lebih relatif rendah ketimbang enam negara lain dengan ekonomi maju.

Akan tetapi, Pemerintah Jepang bersikukuh bahwa tes massal bukan merupakan strategi mereka memerangi virus Corona. Mereka lebih fokus untuk melakukan pelacakan kontak penderita untuk menangkal klasternya. Meskipun, pada akhirnya, tes mulai diperluas dalam beberapa pekan terakhir. Pihak berwenang juga telah memperingatkan bahwa akan ada gelombang baru yang bisa saja mengandaskan strategi yang sudah mereka buat.

Baca juga: RS Darurat COVID-19 Pulau Galang Baru Rawat Inap 51 Orang

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya