Dua Kubu Berseteru Fatah dan Hamas Siap Bersatu Lawan Israel

Bendera Israel dan Palestina.
Sumber :

VIVA – Dua faksi Palestina yang selama ini berseteru, Fatah dan Hamas, berkomitmen untuk bersatu guna melawan rencana Israel menganeksasi bagian-bagian Tepi Barat yang telah diduduki. Janji bersatu ini disampaikan kedua pihak dalam sebuah konferensi pers virtual bersama pada Kamis 2 Juli 2020.

Indonesia Sesalkan Palestina Gagal Jadi Anggota Penuh PBB Karena Veto AS

Fatah, yang mengendalikan Otoritas Palestina berbasis di Ramallah. Sedangkan, kelompok Islam Hamas mengelola Jalur Gaza. Kedua faksi Palestina ini telah terpecah sejak tahun 2006.

"Kami akan memberlakukan semua langkah yang diperlukan untuk memastikan persatuan nasional dalam menentang upaya aneksasi. Hari ini, kami ingin berbicara dengan satu suara," kata pejabat senior Fatah, Jibril Rajub pada konferensi pers virtual bersama dengan pejabat Hamas, Saleh al-Arouri, seperti dikutip Al-Araby, Jumat 3 Mei 2020.

Dewan Keamanan PBB Dikritik karena Gagal Tegakkan Resolusi saat Serangan di Gaza Meningkat

Seorang pria mengibarkan bendera Palestina di Tepi Barat.

Saleh al-Arouri menyambut konferensi pers bersama tersebut sebagai kesempatan untuk memulai fase baru antara Hamas dan Fatah. Menurutnya, dengan bersatunya Fatah dan Hamas diharapkan rakyat Palestina akan mendapatkan layanan yang strategis.

Palestina Kecam Veto AS yang Menghalangi Upaya Keanggotaan Penuh PBB

Konferensi pers bersama ini didorong oleh tekad kedua faksi dalam menentang proposal perdamaian Timur Tengah rancangan pemerintah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Proposal tersebut dijuluki sebagai 'Kesepakatan Abad Ini'.

Dalam isinya, proposal tersebut membuka jalan bagi Israel untuk mencaplok sekitar 30 persen wilayah Tepi Barat yang diduduki Palestina, termasuk pemukiman Yahudi yang dianggap ilegal menurut hukum internasional dan Lembah Yordan.

Pencaplokan sebagian wilayah Tepi Barat rencananya dilakukan pada Rabu 1 Juli 2020. Namun, Israel memutuskan menunda pelaksanaannya. Situasi tersebut membuat AS selaku pendukung pencaplokan dilaporkan belum bisa menerima skema yang disiapkan Israel terkait aneksasi Tepi Barat.

Di sisi lain terdapat keretakan di tubuh pemerintah Israel antara Perdana Menteri Benjami Netanyahu dengan Menteri Pertahanan Benny Gantz. Sebab, Gantz yang juga Ketua Partai Biru-Putih menghendaki agar keputusan politik yang dibuat saat ini diprioritaskan untuk penanganan pandemi COVID-19 beserta dampak sosial dan ekonomi.

Baca Juga: Viral Pasangan Suami Istri Meninggal Dunia Saling Berpegangan Tangan

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya