Miris Negara-negara Ini Paling Darurat Pendidikan akibat Corona

Suku terpencil di Afghanistan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Pandemi Corona COVID-19 menyebabkan timbulnya masalah darurat pendidikan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Organisasi nirlaba Save the Children mengungkapkan hampir 9,7 juta anak-anak yang terdampak kemungkinan tak akan bisa kembali ke sekolah.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Badan amal Inggris itu mengutip data UNESCO yang menunjukkan pada bulan April bahwa 1,6 miliar anak muda untuk sementara waktu tak bisa ke sekolah hingga universitas sebagai langkah pencegahan penyebaran COVID-19. Jumlah itu adalah total 90 persen dari seluruh populasi siswa di dunia.

"Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, semua generasi anak-anak di seluruh dunia terdampak karena masalah pendidikan," tulis laporan Save our Education dikutip Straits Times, Senin 13 Juli 2020.

Kalau Mau Damai, Atalarik Syach Kasih Syarat Ini ke Tsania Marwa

Menurut laporan, kejatuhan ekonomi dari krisis ini juga dapat menyebabkan 90 hingga 117 juta anak lainnya mengalami kemiskinan dengan efek langsung pada penerimaan sekolah.

Sementara itu banyaknya anak muda yang dituntut untuk bekerja atau anak perempuan yang dipaksa menikah dini untuk menghidupi keluarga dapat menyebabkan antara tujuh sampai 9,7 juta anak putus sekolah secara permanen.

Warganet Syok Lihat Cara Pengendara Motor Ini Bonceng Anak

Pada saat yang sama, badan amal itu memperingatkan krisis COVID-19 dapat menyebabkan kekurangan dana hingga  US$77 miliar dalam anggaran pendidikan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada akhir tahun 2021.

"Sekitar 10 juta anak mungkin tidak pernah kembali ke sekolah. Ini adalah darurat pendidikan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan pemerintah harus segera berinvestasi dalam belajar," kata Kepala Eksekutif Save the Children, Inger Ashing.

Laporan itu mencantumkan, setidaknya 12 negara di mana anak-anak paling berisiko terdampak di antaranya Niger, Mali, Chad, Liberia, Afghanistan, Guinea, Mauritania, Yaman, Nigeria, Pakistan, Senegal, dan Pantai Gading. Sebelum krisis, diperkirakan 258 juta anak-anak dan remaja sudah kehilangan akses untuk bersekolah.


Baca juga: Rieke Diah Pitaloka Diganti, MS Kaban: Yang Perlu Dicopot RUU HIP

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya