Logo DW

Cara Dunia Cegah Perang Harga Vaksin COVID-19

Eijkman Institute
Eijkman Institute
Sumber :
  • dw

Ketika Jonas Salk menemukan vaksin polio tahun 1953, Jonas Salk tidak mematenkan vaksin polio tersebut. Dalam sebuah wawancara, Jonas Salk berkata, “Tidak ada paten. Apakah matahari bisa dipatenkan?” Jika Jonas Salk mematenkan vaksin polio, Forbes menghitung kekayaannya bisa bertambah 7 juta dollar AS.

Kini dunia yang didekap pandemi COVID-19 sejak enam bulan silam berharap banyak pada penemuan revolusioner seperti vaksin polio, vaksin COVID-19. Dunia membutuhkan vaksin COVID-19 namun kehadiran sosok terpuji sebagaimana Jonas Solk dulu, bisa dipastikan hampir mustahil.

Negara-negara di dunia tidak punya posisi tawar untuk menentukan harga vaksin yang sebagian besar diproduksi oleh industri farmasi skala bisnis. Siapa pun yang bisa menemukan vaksin COVID-19 yang lolos uji dan efektif akan punya kuasa menentukan harga vaksin.

Harga vaksin berjenjang?

Guna mencegah terjadinya perang harga vaksin COVID-19 dan menjamin ketersediaan vaksin, Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi, GAVI (Global Alliance for Vaccines and Immunization) -sebuah lembaga kemitraan publik dan swasta skala dunia yang sejak tahun 2000 fokus pada vaksinasi anak-anak di seluruh dunia- merumuskan mekanisme yang menguntungkan negara-negara yang kurang mampu namun tidak merugikan produsen vaksin yang bersedia bekerja sama dalam Inisiatif COVAX.

Inisiatif COVAX terdiri dari Aliansi Vaksin GAVI, Coalition for Epidemic Preparedness Innovations atau Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), Badan Kesehatan Dunia, WHO dan Yayasan Bill dan Melinda Gates akan memberikan insentif dana untuk industri farmasi produsen vaksin COVID-19. Jika vaksin sudah ditemukan dan mendapat persetujuan WHO maka vaksin akan dijual dengan mekanisme harga berjenjang. Negara penghasilan rendah dan menengah akan mendapat vaksin dengan biaya lebih rendah dibandingkan negara penghasilan tinggi untuk produk yang sama.

Pada Juli silam, GAVI menyatakan ada 92 negara penghasilan rendah dan menengah yang bisa mendapatkan vaksin COVID-19 pada saat bersamaan dengan negara kaya. Dalam situs resmi www.gavi.org, Inisiatif COVAX memastikan tidak ada negara yang tertinggal untuk mengakses vaksin saat vaksin ditemukan. Karena itu negara kaya diimbau untuk mendanai pengadaan vaksin di negara berkembang. Tahun 2021 akhir diharapkan tersedia dua miliar dosis vaksin yang dapat dibagikan kepada 20% populasi terutama pekerja kesehatan dan kelompok penduduk paling rentan terpapar COVID-19, di 92 negara golongan ekonomi lemah dan menengah yang bergabung dalam Inisiatif COVAX.