Demonstrasi Besar di Thailand Tuntut Reformasi Pemerintahan Monarki

Aksi demonstrasi prodemokrasi di Thailand menantang monarki
Sumber :
  • Twitter

VIVA – Ribuan pengunjuk rasa kembali menggelar aksi demonstrasi besar di Bangkok, Thailand. Secara terbuka, mereka menantang aturan Raja Thailand Maha Vajiralongkorng dan menyerukan reformasi kekuasaan.

10 Aktor BL Thailand yang Mencuri Hati Penggemar: Aslinya Bukan Gay?

Sejak dua bulan terakhir, para pengunjuk rasa semakin berani menyerukan reformasi monarki serta pencopotan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha. Tak hanya itu, para pengunjuk rasa menuntut dibentuknya konstitusi baru serta pemilihan pemimpin berdasarkan pemilu yang adil.

Baca: Thailand Diguncang Aksi Prodemokrasi, Mahasiswi Ini Menantang Monarki

Indonesia Mengalami Hampir 100 Ribu Serangan di 2023

Mengkritik monarki merupakan hal tabu dan ilegal, menurut undang-undang lese-majeste. Saat ini Raja sedang tidak berada di Thailand dan Grand Palace belum berkomentar menanggapi demonstrasi tersebut.

"Kemenangan terbesar kami dalam dua hari ini adalah untuk menunjukkan bahwa orang biasa seperti kami, juga dapat mengirimkan pesan kepada para bangsawan," kata aktivis mahasiswa, Parit Chiwarak, seperti dilansir Al Jazeera, Senin 21 September 2020.

Indonesian Government to Provide Incentive for Apple Investment

Para pengunjuk rasa juga mengumumkan bahwa mereka akan kembali turun ke jalan pada Kamis pekan ini, dan melakukan pemogokan besar pada tanggal 14 Oktober sebagai peringatan pemberontakan mahasiswa tahun 1973.

Aksi demonstrasi dipicu oleh kebiasaan Raja Maha Vajiralongkorn, yang mewarisi tahta sejak 2016 namun jarang terlihat di depan umum, dengan laporan bahwa ia menghabiskan sebagian besar waktunya di luar negeri terutama setelah negaranya dilanda pandemi virus corona.

Thailand juga menyaksikan serangkaian skandal korupsi, termasuk komite resmi yang menemukan "bayangan korupsi" yang menghantui penuntutan terhadap ahli waris perusahaan minuman energi Red Bull sehubungan dengan kecelakaan lalu lintas yang fatal pada tahun 2012.

Pemerintah Thailand mengatakan mereka mempromosikan kebebasan berekspresi dan menoleransi kritik, tapi mahasiswa harus menggunakan hak mereka sesuai hukum dan tidak boleh mengancam keamanan nasional.

Namun para mahasiswa mengkhawatirkan keselamatan mereka. Sedikitnya sembilan aktivis yang melarikan diri ke luar negeri sejak kudeta tahun 2014 terhadap pemerintah yang dipimpin militer telah menghilang setelah mengkritik institusi paling dihormati di Thailand ini. Mayat dua orang dari mereka belakangan ditemukan di tepi sungai.

Pemerintah Thailand dengan keras menyangkal kaitan dengan penghilangan ini. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya