Logo DW

Pergulatan Prancis Melawan Islamisme

Ludovic Marin/Reuters
Ludovic Marin/Reuters
Sumber :
  • dw

Pemerintah Prancis melancarkan tindakan keras terhadap kaum Islamis menyusul pembunuhan seorang guru di Paris. Ketegasan saja tidak cukup, tulis redaktur senior DW, Barbara Wesel, Presiden Macron butuh nafas yang panjang.

Akhir September lalu Prancis dikejutkan oleh serangan senjata tajam terhadap pejalan kaki di depan bekas kantor majalah satir, Charlie Hebdo, di Paris. Setelah bulan-bulan yang tenang, hantu Islamisme yang siap melancarkan aksi kekerasan, kembali menyeruak ke kesadaran publik.

Tidak lama setelah aksi teror terbaru, Presiden Emmanuel Macron menjabarkan bagaimana dia ingin menanggulangi tindak kekerasan atas nama Islam. Penampilannya penuh nuansa, tanpa retorika kanan atau Islamofobia. Tapi mengingat 240 korban jiwa berjatuhan akibat serangan teror dalam lima tahun terakhir, Macron memahami, dia harus mendeklarasikan perang.

Pemerintah di bawah tekanan politik

Pembunuhan brutal terhadap Samuel Paty kembali membuktikan, bahwa di Prancis gerakan bawah tanah Islamisme sedang menyebar dan mampu menyembunyikan diri dari pantauan negara.

Macron menyebut fenomena itu sebagai “Separatisme Islam”, yang tumbuh setelah serangan teror 11 September 2001 di New York, dan semakin menggurita menyusul kebangkitan “Islamic State” dan pemerintahan Islamis otoriter di Timur Tengah.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang menyalahgunakan agama sebagai instrumen penindasan dan alat kekuasaan, adalah salah satu dari banyak contoh. Di sini, para pelaku teror menikmati perlindungan dan dukungan ideologis. Dengan sikap tegasnya terhadap aksi agresif Erdogan di timur Laut Tengah, Macron sedang menunjukkan bahwa dia memahami konteks globalnya.