Serangan Teror di Wina Austria, 7 Korban dalam Keadaan Kritis

Polisi berjaga di depan kantor Kementerian Dalam Negeri Austria saat konferensi pers berlangsung pascapenembakan di Wina, Austria, Selasa (3/11/2020).
Sumber :
  • ANTARA/REUTERS/Lisi Niesner

VIVA – Tujuh korban akibat serangan di Wina dalam kondisi kritis dan mengancam nyawa, demikian laporan Kantor Berita APA Austria pada Selasa, yang mengutip juru bicara Asosiasi Kesehatan. Total 17 korban luka dirawat di sejumlah rumah sakit, terutama akibat luka tembak dan sayatan, kata juru bicara tersebut.

BMKG Temukan Ketebalan Tutupan Es di Papua Berkurang 4 Meter

Menurut juru bicara Asosiasi Kesehatan Austria, 10 pasien dengan luka ringan masih dalam keadaan syok.

Sementara itu, ORF TV melaporkan bahwa orang keempat yang meninggal dalam serangan tersebut adalah perempuan, sehingga jumlahnya menjadi dua perempuan dan dua pria warga sipil, selain penyerang yang ditembak mati oleh petugas.

Badan Geologi: Potensi Tsunami Akibat Gunung Ruang Bisa Setinggi 25 Meter

Media Austria lainnya melansir bahwa korban keempat meninggal pada Selasa pagi.

Teroris Islamis Dituding di balik serangan 
Sementara itu Menteri Dalam Negeri Austria Karl Nehammer mengatakan sedikitnya satu "teroris Islamis" berada di balik penembakan di Wina tengah, yang menewaskan tiga orang dan melukai beberapa lainnya.

Biaya Hidup di Jakarta Makin Mahal, Pengamat: Pemudik Tidak Lagi Bawa Keluarga

Dalam konferensi pers yang disiarkan televisi pada Selasa, Nehammer mengulangi seruan agar masyarakat tetap di rumah, dengan mengatakan bahwa satu penyerang, yang mengenakan sabuk bahan peledak yang ternyata palsu, adalah simpatisan ISIS.

Penyerang itu ditembak mati oleh polisi, yang masih memburu penyerang lainnya.

"Kami mengalami serangan kemarin malam dari setidaknya satu teroris Islamis," kata Nehammer, yang menambahkan bahwa serangan itu merupakan upaya untuk melemahkan atau memecah belah masyarakat demokratis Austria.

Orang-orang bersenjata menyerang enam lokasi di Wina tengah pada Senin malam (2/11), dimulai di luar bangunan ibadah Yahudi -- sinagoga.

Para saksi menggambarkan orang-orang itu menembaki kerumunan di bar dengan senapan otomatis, karena banyak orang memanfaatkan malam terakhir sebelum jam malam nasional diberlakukan akibat wabah COVID-19.

Polisi mengkonfirmasi pada Selasa bahwa tiga warga sipil---dua pria dan satu wanita--- tewas dalam serangan itu, dan 15 orang lainnya terluka, termasuk seorang petugas polisi.

Polisi menutup sebagian besar pusat bersejarah Wina dalam semalam dan mendesak masyarakat untuk berlindung. Banyak yang mengungsi di bar dan hotel, sementara transportasi umum di seluruh kota tua ditutup dan polisi menjelajahi kota.

Ibu kota Austria sejauh ini terhindar dari jenis serangan militan mematikan yang melanda Paris, London, Berlin, dan Brussel dalam beberapa tahun terakhir.

Oskar Deutsch, kepala komunitas Yahudi Wina, yang memiliki kantor yang berdampingan dengan tempat ibadah di jalan berbatu sempit yang dihiasi dengan bar, mengatakan melalui Twitter bahwa tidak jelas apakah kuil atau kantor menjadi sasaran.

Video beredar di media sosial tentang seorang pria bersenjata yang berlari di jalan berbatu dan berteriak. Salah satunya menunjukkan seorang pria menembaki seseorang di luar tempat yang tampak seperti sebuah bar di jalan di mana terdapat sinagoga.

Bela Sungkawa Mancanegara
Belasungkawa mengalir dari seluruh dunia, dengan pejabat tinggi dari Uni Eropa, Prancis, Norwegia, Yunani, dan Amerika Serikat menyatakan keterkejutan mereka atas serangan tersebut.

Presiden AS Donald Trump mengatakan dalam sebuah cuitan bahwa "doa kami bersama orang-orang Wina setelah aksi terorisme keji lainnya di Eropa."

"Serangan jahat terhadap orang yang tidak bersalah ini harus dihentikan. AS mendukung Austria, Prancis, dan seluruh Eropa dalam perang melawan teroris, termasuk teroris Islam radikal."

Kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden mengutuk apa yang dia sebut sebagai "serangan teroris yang mengerikan."

"Kita semua harus bersatu melawan kebencian dan kekerasan," kata Biden. (Ant)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya