Logo DW

Corona Mutasi di Inggris Menyebar Amat Cepat, tapi Tak Mematikan?

picture-alliance/Niaid
picture-alliance/Niaid
Sumber :
  • dw

Adanya virus corona yang mengalami mutasi dan menyebar lebih cepat dari variasi Covid-19 yang ada sebelumnya di selatan Inggris, dikonfirmasi Menteri Kesehatan Matt Hancock. Laporan aktual menyebutkan, tercatat sedikitnya 1.000 kasus infeksi dengan virus yang mengalami mutasi.

"Walau begitu, tidak berarti varian virus mutasi ini lebih berbahaya," tegas Hancock. Menteri kesehatan Inggris ini hanya menduga, kenaikan kasus infeksi terbaru memang berkaitan dengan varian baru virus corona tersebut.

Temuan mutasi virus corona bukan hal luar biasa. Di China misalnya, yang merupakan negara asal virus yag memicu pandemi Covid-19, sejak setengah tahun lalu sudah merebak varian baru virus corona SARS-CoV-2. Di Spanyol pada musim panas lalu juga muncul varian baru virus corona, yang kemudian menyebar dengan cepat di Eropa. Virus corona terus menerus melakukan mutasi, dan hingga kini kebanyakan mutasinya tidak atau hanya minimal memicu dampak negatif.

Mengapa terjadi mutasi virus?

Mutasi pada virus adalah mekanisme alami untuk mempertahankan diri. Jika tubuh manusia membentuk antibodi untuk melawan virus, dan dengan itu mencegah pecahnya gejala penyakit, virus harus mengubah lapisan paling luarnya, agar tidak dikenali oleh sel kekebalan tubuh. Jadi untuk tetap hidup, virus terus menerus mengubah lapisan protein paling luar dan mengembangkan varian baru.

Untuk berkembang biak, virus perlu sel inang. Setelah menyisipkan informasi genetiknya ke dalam sel yang diserang, virus melakukan reproduksi jutaan kali di dalam sel. Tapi dalam setiap kali reproduksi, virus sengaja membuat kesalahan copy, yang mengubah genetika virus. Dengan itu virus melakukan mutasi.

Virus SARS-CoV-2 yang memicu Covid-19 seperti virus corona yang lainnya, adalah virus RNA. Kecepatan rata-rata mutasinya adalah satu kali mutasi per bulan.