Perang Melawan Varian Baru COVID-19, Inggris Kembali Lockdown

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson.
Sumber :
  • dailymail.co.uk

VIVA – Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Senin 4 Januari 2021 kembali memberlakukan penguncian nasional atau lockdown di Inggris. Hal itu dilakukan guna memerangi penyebaran virus varian baru COVID-19 yang sangat menular.

Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II

Dilansir dari CNBC, pada Selasa 5 Januari 2021, PM Inggris Boris Johnson mengatakan orang yang dapat meninggalkan rumah saat lockdown hanyalah untuk belanja kebutuhan pokok, pergi ke dokter, berolahraga dan orang yang alami kekerasan rumah tangga.

Sementara, untuk pekerja diharapkan bisa dilakukan dari dalam rumah, kemudian sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi akan dilakukan pembelajaran jarak jauh pada Selasa ini.  

Range Rover EV Siap Meluncur, Fitur Berlimpah untuk Semua Medan Jalan

"Saya benar-benar memahami ketidaknyamanan dan tekanan perubahan ini akan dirasakan oleh jutaan orang dan orang tua di seluruh negeri. Masalahnya bukan karena sekolah tidak aman untuk anak-anak, masalahnya adalah sekolah dapat bertindak sebagai tempat penularan, menyebabkan virus menyebar antar rumah tangga," jelas Johnson.

Sementara itu, Kepala Petugas Medis Inggris merekomendasikan negara tersebut untuk bergerak ke level waspada 5, yang berarti bahwa jika negara tidak mengambil tindakan, kapasitas Layanan Kesehatan Nasional mungkin kewalahan dalam 21 hari.

5 Negara Pemegang Hak Veto di PBB, Keputusan Internasional Ada di Tangan Mereka

Perubahan itu terjadi saat Inggris bergulat dengan varian baru COVID-19 yang lebih ganas menularkan. Hingga saat ini, Inggris mencatat lebih dari 2,6 juta kasus COVID-19 dan tercatat lebih dari 75.000 kematian, menurut data Universitas Johns Hopkins.

Selain itu, pada Senin kemarin, Inggris mencatat 58.784 kasus baru, dan sekarang telah melaporkan lebih dari 50.000 kasus virus corona baru selama tujuh hari berturut-turut. Diketahui, strain baru tersebut bermutasi 50-70 persen lebih menular.

"Jumlah kematian naik 20 persen selama seminggu terakhir dan sayangnya akan terus meningkat. Dengan sebagian besar negara sudah berada di bawah tindakan ekstrim, jelas bahwa kita perlu berbuat lebih banyak bersama untuk mengendalikan varian baru ini sementara vaksin kita diluncurkan," kata Johnson.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya