Logo DW

Resesi Ekonomi Paksa Sri Lanka Bergantung pada China dan India

Reuters
Reuters
Sumber :
  • dw

Tanpa gegap gempita, Presiden Sri Lanka Gotabaya Tajapaksa, Rabu (13/1) mengumumkan kelanjutan pembangunan terminal peti kemas di ibu kota Colombo yang dibiayai India dan Jepang. Terminal itu nantinya akan berdiri bersebelahan dengan pelabuhan peti kemas Sri Lanka yang kini dikuasai China.

Sejak beberapa tahun terakhir, negeri yang didera resesi ekonomi itu berusaha meniti medan ranjau diplomasi antara India dan China. Diplomasi utang menjadi tantangan terbesar pemerintah jika ingin mengamankan aliran dana investasi dari kedua negara.

Proyek pelabuhan di Colombo sempat tertunda akibat aksi prores serikat buruh. Rajapaksa memilih melanjutkan proyek, usai menganalisa "kekhawatiran geopolitik di kawasan,” tulis kantor kepresidenan, merujuk pada kecurigaan India terhadap keberadaan China di pelabuhan yang sama.

Terminal baru itu nantinya akan dimiliki oleh pemerintah berupa 51 persen saham. Sementara sisa 49?alah milik grup Adani asal India, dan sejumlah pelaku investasi lain, termasuk konsorsium Jepang, kata pemerintah.

Adapun Otoritas Pelabuhan Sri Lanka (SLPA) yang terlibat sejak awal, akan menerima sebanyak 15 persen saham.

Jebakan utang China?

Sejak awal 2000-an, Cina sudah menjadi sumber pinjaman terbesar bagi proyek infrastruktur komersil di Sri Lanka. Pertautan itu memicu kontroversi, ketika pada 2017 pemerintah mengumumkan tidak mampu membayar utang negara kepada Cina untuk proyek pelabuhan di ibu kota.