Logo BBC

Kisah Kudeta AS: Kala Supremasi Pulit Putih Gulingkan Kekuasaan

Getty Images via BBC Indonesia
Getty Images via BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

 

Amuk massa, kemarahan yang dipicu sejumlah politikus, penghancuran sebuah kota, hingga penjatuhan paksa pemerintahan yang sah.

Setelah pemilihan di tingkat negara bagian pada tahun 1898, kelompok supremasi kulit putih bergerak menuju ke pelabuhan Wilmington, di North Carolina, AS.

Wilmington saat itu merupakan kota terbesar di negara bagian North Carolina. Di pelabuhan tersebut, geng supremasi kulit putih itu menghancurkan usaha milik orang kulit hitam.

Kelompok itu juga membunuh orang-orang berkulit hitam dan memaksa pemerintah lokal yang baru saja terpilih, yang dijabat politisi dengan latar belakang warna kulit berbeda, untuk membubarkan diri.

Beberapa sejarawan menyebut peristiwa itu sebagai satu-satunya kudeta yang pernah terjadi dalam sejarah AS.

Pemimpin kelompok supremasi kulit putih dengan cepat mengambil alih kekuasaan pada hari pemberontakan itu. Mereka menerbitkan undang-undang baru untuk mencabut hak suara dan hak sipil penduduk berkulit hitam di North Carolina.

Hingga mereka wafat, orang-orang yang menggulingkan pemerintahan sah itu tidak menghadapi konsekuensi hukum apapun.

Peristiwa Wilmington kembali mencuat usai kelompok pendukung Donald Trump menyerbu gedung legislatif, Capitol Hill, 6 Januari lalu, untuk menghentikan pengesahan hasil pemilihan presiden.

Lebih dari 120 tahun setelah pemberontakan di Wilmington, kota ini sekarang masih berusaha berdamai dengan masa lalu mereka yang penuh kekerasan.

Setelah perang saudara di AS antara kelompok pro-persatuan dan kelompok konfederasi berakhir tahun 1865, praktik perbudakan di seluruh negara yang baru bersatu kembali itu dilarang.

Para politisi di Washington DC mengesahkan sejumlah perubahan konstitusi yang memberikan kebebasan dan hak kepada mantan budak. Tentara pun ditugaskan untuk menegakkan kebijakan ini.

Namun banyak kelompok warga di wilayah selatan AS membenci perubahan itu. Selama beberapa dekade setelah perang saudara, muncul gerakan untuk membatalkan kebijakan integrasi populasi kulit hitam ke masyarakat.

Pada tahun 1898, Wilmington adalah kota pelabuhan besar yang makmur. Populasi kelas menengah berkulit hitam di sana bertumbuh dan perlahan meraup kesuksesan.