Logo BBC

Fasilitas Nuklir Iran Rentan Serangan Termasuk dari Israel

EPA via BBC Indonesia
EPA via BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Akhir dari era Presiden Donald Trump telah menimbulkan rasa lega secara kolektif di Iran meskipun tetap waspada.

Sebagian kalangan di wilayah Teluk sempat khawatir jika di hari-hari terakhir masa jabatannya, Presiden Trump mungkin menggalakkan kebijakannya untuk memberikan "tekanan maksimum" kepada Iran dan melancarkan serangan militer terhadap pembangkit-pembangkit tenaga nuklir sipil dan sasaran-sasaran lain.

Laporan dari Washington pada November menunjukkan bahwa langkah itu menjadi pilihan yang pernah dipertimbangkan oleh presiden Amerika Serikat (AS), sebelum ditentang oleh para penasihatnya.

Sebaliknya, presiden baru Joe Biden menegaskan bahwa ia menginginkan AS untuk bergabung kembali dalam perundingan nuklir yang ditandatangani tahun 2015 dengan Iran.

Ini berarti AS harus mencabut sanksi-sanksi terhadap Iran dan mencairkan dana untuk negara itu sebagai imbalan dari kepatuhan total terhadap perjanjian.

Lalu apakah Iran sekarang aman dari serangan?

KC-135 Stratotanker mengisi bahan bakar di pesawat angkatan udara Israel F-15 Eagle fighter jet di padang Negev (29 Juni 2017)
AFP
Israel mengatakan diperlukan "opsi militer untuk dibicarakan".

Singkat kata, tidak. Israel tetap sangat khawatir, tidak saja karena aktivitas nuklir Iran untuk kepentingan sipil, tetapi juga karena program yang produktif untuk mengembangkan rudal balistiknya.

Pada Kamis (14/01), terkait dengan program nuklir Iran ini, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz dilaporkan mengatakan, "Jelas bahwa Israel perlu membahas opsi militer. Ini memerlukan sumber daya serta investasi dan saya berusaha mewujudkannya."

Israel, yang dinyatakan sebagai musuh oleh Iran, menganggap bom nuklir di tangan Iran akan mengancam keberadaannya dan telah menyerukan kepada dunia untuk menghentikan langkah Iran sebelum terlambat.

Iran selalu menegaskan bahwa program nuklirnya semata-mata untuk kepentingan sipil, tetapi tindakannya baru-baru ini untuk menggenjot penganiayaan uranium- salah satu dari serangkaian pengayaan uranium yang melanggar perjanjian tahun 2015 - menimbulkan kekhawatiran.