Tujuh Turunan Baru COVID-19 dengan Mutasi Sama Ditemukan di AS

Ilustrasi virus corona COVID-19
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Selama beberapa bulan terakhir, beberapa jenis baru COVID-19 telah muncul, terutama yang berasal dari Inggris dan Afrika Selatan. Temuan ini membuat infeksi corona lebih menular dan memicu kekhawatiran atas kemanjuran vaksin.

Presiden Raeisi Ancam Lenyapkan Israel Jika Berani Gempur Iran

Baru-baru ini para ilmuwan menemukan sejumlah garis keturunan virus corona baru, yang diduga mengalami mutasi serupa di Amerika Serikat. Tim peneliti mengindikasikan tujuh garis keturunan yang semuanya memperoleh mutasi di tempat yang sama dari gen asal virus corona.

"Program surveilans genomik independen yang berbasis di New Mexico dan Louisiana secara bersamaan, mendeteksi peningkatan pesat dari banyak infeksi clade 20G (garis B.1.2) yang membawa substitusi Q677P dalam S (spike protein)," tulis laporan penelitian, dikutip Sputniknews, Senin, 15 Februari 2021.

5 Negara Pemegang Hak Veto di PBB, Keputusan Internasional Ada di Tangan Mereka

Selain itu laporan juga mengungkapkan bahwa mutasi ini dapat mempengaruhi cara virus masuk ke sel manusia, meski para peneliti menguraikan bahwa data eksperimental tambahan masih diperlukan.

Selama beberapa bulan terakhir, beberapa jenis baru virus corona terdeteksi di seluruh dunia, terutama dari Inggris dan Afrika Selatan, yang dikenal lebih menular.

Rusia Makin Gencar Menyerang, AS Janji Secepatnya Akan Kirim Senjata ke Ukraina

Sebelumnya, Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban, mengakui penemuan virus baru SARS-CoV-2 varian B117 jauh lebih menular hingga 71 persen, dibandingkan dengan virus sebelumnya. Virus ini pertama kali terdeteksi di Inggris.

Dia menjelaskan, virus varian baru ini mulanya terdeteksi pada awal November lalu di dua kota di Inggris. Mulanya banyak pihak berpikir peningkatan kasus masih terjadi karena kurangnya protokol kesehatan, namun belakangan diketahui hal ini dipicu varian baru virus tersebut.

Meski demikian, Zubairi menegaskan virus ini bisa dideteksi dengan menggunakan tes Polymerase Chain Reaction atau PCR. Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir atas diagnosis terhadap virus ini.

Prof. Zubairi juga menyebut para ahli tetap optimis bahwa vaksinasi akan mampu menciptakan kekebalan di banyak tempat. Namun demikian optimisme ini sedang terus diupayakan dan akan dibuktikan dengan data yang lebih solid. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya