Menlu Singapura Mau ke Indonesia setelah Brunei dan Malaysia

Menlu Retno Marsudi (kanan) bersama Menlu Singapura Vivian Balakrishnan beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA – Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan akan mengunjungi Brunei Darussalam pada Senin, setelah itu dia akan menuju ke Malaysia dan Indonesia, kata kementerian luar negeri Singapura.

Singapura Siap Sambut Kembali Wisatawan! STB dan GDP Venture Perbarui Kemitraan

Kunjungan menlu Singapura tersebut menegaskan kembali hubungan khusus yang erat dan telah berlangsung lama antara Singapura dan Brunei, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan itu tidak merinci alasan lain untuk kunjungan tersebut, tetapi pekan lalu Presiden Indonesia Joko Widodo menyerukan pengakhiran pertumpahan darah di Myanmar yang sedang dikuasai militer.

Deretan Negara yang Ternyata Penduduknya Paling Cepat Meninggal Dunia

Jokowi juga menyerukan agar para pemimpin Asia Tenggara mengadakan pertemuan tingkat tinggi untuk mencoba mencari jalan keluar bagi krisis yang meningkat di Myanmar.

Menlu Balakrishnan dijadwalkan tiba di Malaysia pada Selasa (23/3) untuk kunjungan dua hari, di mana ia diharapkan untuk membahas masalah bilateral, regional dan internasional dengan mitranya, Menlu Malaysia Hishammuddin Hussein, kata kementerian luar negeri Malaysia.

Prabowo Dapat Ucapan Selamat dari Menlu Singapura Atas Kemenangan di Pilpres 2024

"Kedua menteri luar negeri juga akan menjajaki kolaborasi pasca COVID-19, termasuk sertifikasi vaksinasi timbal balik, yang akan menguntungkan kedua negara," kata kemenlu Malaysia dalam sebuah pernyataan.

Balakrishnan juga dijadwalkan untuk bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin.

Brunei Darussalam tahun ini adalah ketua dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang beranggotakan 10 negara Asia Tenggara.

Myanmar, yang merupakan anggota ASEAN, telah terkunci dalam krisis sejak pemerintahan terpilih yang dipimpin oleh peraih Nobel perdamaian Aung San Suu Kyi pada 1 Februari digulingkan oleh kelompok militer, di mana hal itu telah mengakhiri 10 tahun reformasi demokrasi tentatif.

Setidaknya 250 orang kini telah terbunuh sejak kudeta militer di Myanmar, menurut data dari kelompok aktivis Asosiasi Bantuan Tahanan Politik.

Pertemuan para menteri luar negeri ASEAN pada 2 Maret yang membahas krisis di Myanmar telah gagal membuat terobosan. (Antara/Ant)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya