Para Korban Luka akibat Kekerasan di Myanmar Dirawat di Thailand

Orang-orang bubar setelah pasukan keamanan melepaskan tembakan ke pengunjuk rasa yang menentang kudeta militer di Nyaung-U, Myanmar, 7 Maret 2021, dalam gambar diam yang diambil dari video yang disediakan di media sosial.
Sumber :
  • ANTARA

VIVA – Lebih dari selusin orang yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar diizinkan menyeberang ke desa perbatasan Thailand pada Selasa untuk menerima perawatan medis, saat Kementerian Luar Negeri Thailand membantah memiliki kebijakan untuk menolak pengungsi.

Panas Ekstrem Melanda Thailand, 30 Orang Tewas

Seorang pejabat kesehatan di Desa Mae Sam Laep mengatakan orang-orang yang tiba dengan perahu melintasi Sungai Salween, yang menandai perbatasan, adalah etnis Karen yang menentang kudeta militer Myanmar pada Februari.

Namun, seorang pejabat lain di daerah itu, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Reuters dikutip Antara bahwa tentara Thailand masih mengirim kembali sebagian besar dari mereka yang melarikan diri dari Myanmar karena menganggap situasi di perbatasan aman.

2 Transgender Thailand Mencari Pembebasan dari Dinas Wajib Militer

Pada Selasa, warga desa Myanmar Kyaw Lar Bri (48) mengatakan dia terkena pecahan bom dari serangan udara pekan lalu sebelum melarikan diri ke hutan dan kemudian naik perahu untuk menyeberangi sungai ke Mae Sam Laep bersama dengan enam orang terluka lainnya.

“Masih belum aman dan warga desa belum berani kembali ke desa,” kata dia.

8 Negara dengan Penurunan Tercepat di Asia

Perempuan lain yang menerima perawatan di Thailand tampaknya memiliki luka parut dan lecet di wajahnya.

Aktivis menuduh Thailand mendorong ribuan calon pengungsi kembali ke Myanmar, merilis video yang diterbitkan oleh Reuters tentang orang-orang yang menaiki perahu di tepi sungai di bawah pengawasan tentara Thailand.

Pejabat Thailand membantah laporan tersebut pada Senin (29/3), tetapi seorang pejabat distrik di dekat perbatasan mengatakan pada pertemuan lokal pada hari yang sama bahwa orang-orang yang melarikan diri dari Myanmar harus diblokir.

Pemberontak dari berbagai kelompok etnis telah memerangi pemerintah pusat Myanmar selama beberapa dekade untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar. Meskipun banyak kelompok telah setuju untuk gencatan senjata, pertempuran telah berkobar dalam beberapa hari terakhir antara tentara dan pasukan di timur dan utara.

Bentrokan besar meletus pada akhir pekan di dekat perbatasan Thailand antara tentara dan pejuang dari pasukan etnis minoritas tertua Myanmar, Persatuan Nasional Karen (KNU), yang juga mengecam kudeta tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Tanee Sangrat mengatakan pada Selasa bahwa tidak ada kebijakan untuk menolak pengungsi.

Ia menambahkan, terkadang pengungsi secara sukarela kembali ke Myanmar. (Antara/Ant)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya