Pasukan Keamanan Myanmar Tembaki Demonstran Pekerja Medis

Aksi Brutal yang dilakukan polisi dan militer Myanmar, Minggu 28 Februari 2021.
Sumber :
  • twitter @aapp_burma

VIVA – Pasukan keamanan Myanmar menembaki demonstran prodemokrasi pekerja medis di Kota Mandalay, hingga menimbulkan korban jiwa, demikian diberitakan media setempat pada Kamis 15 April 2021.

Rekam Jejak Luar Biasa Raja Aibon Kogila 821 Hari Jadi Komandan Pasukan Tengkorak Kostrad TNI

Warga Myanmar yang menentang kudeta 1 Februari, yang menggulingkan pimpinan terpilih, Aung San Suu Kyi, terus melakukan perlawanan terhadap militer dengan serangkaian aksi protes.

Pekerja medis, yang beberapa di antaranya berada di garis terdepan kampanye melawan kudeta, awalnya berkumpul di kota kedua Mandalay. Namun, pasukan keamanan langsung tiba untuk membubarkan mereka, melepaskan tembakan dan menangkap sejumlah demonstran, Kantor Berita Mizzima memberitakan.

Akhirnya Letkol Danu Resmi Jadi Komandan Pasukan Tengkorak Kostrad TNI Gantikan Raja Aibon Kogila

Menurut Mizzima, pihaknya belum dapat rincian mengenai jumlah korban jiwa atau penangkapan. Layanan BBC berbahasa Burma juga melaporkan penindasan terhadap demonstran petugas medis.

Juru bicara junta tidak dapat dihubungi untuk diminta komentar. Militer mengklaim aksi protes berkurang.

Timur Tengah Memanas, Australia Peringatkan Warganya Segera Tinggalkan Israel

Kudeta telah menyeret Myanmar ke dalam krisis setelah 10 tahun menuju demokrasi, dengan protes dan aksi pembangkangan terjadi setiap harinya, termasuk aksi mogok pekerja di banyak sektor, yang menghentikan roda perekonomian.

Kelompok Assistance Association for Political Prisoners mengungkapkan, bahwa pasukan keamanan Myanmar telah menewaskan 715 demonstran sejak pemerintahan Suu Kyi dilengserkan.

Kantor HAM PBB pada Selasa mengaku khawatir bahwa penindakan keras militer terhadap demonstran berisiko menjadi konflik sipil, seperti yang terjadi di Suriah.

Liburan Tahun Baru lima hari, yang disebut Thingyan, dimulai pada Selasa. Namun para pegiat prodemokrasi membatalkan festival tahunan itu untuk berfokus pada penentangan mereka terhahap para jenderal yang telah merebut kekuasaan. (Antara/Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya