Logo BBC

Perubahan iklim: Rangkaian Bencana Pecah Rekor Tahun Ini

Curah hujan bisa picu banjir. Getty Images via BBC Indonesia
Curah hujan bisa picu banjir. Getty Images via BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Rangkaian bencana tahun ini yang memecahkan dunia, kata para ilmuan, terbukti dipengaruhi oleh perubahan iklim buatan manusia - dan ada kekhawatiran yang semakin besar bahwa perubahan cuaca semakin sulit diprediksi.

Bencana alam yang disebabkan oleh pengaruh cuaca ekstrem seperti kebakaran hutan, gelombang panas dan banjir bandang mendatangkan malapetaka di seluruh dunia.

Rekor cuaca ekstrem telah dipecahkan secara konsisten di seluruh dunia pada tahun 2021.

Para ilmuwan telah membuktikan bahwa, beberapa peristiwa ekstrem itu tidak hanya disebabkan oleh pengaruh cuaca semata, tapi juga ada campur tangan perubahan iklim buatan manusia.

Bahkan muncul kekhawatiran yang semakin besar jika bencana di masa depan semakin sulit diprediksi.

Mengatakan bahwa badai menghantam Kota Zhengzhou di Tiongkok pada 19 Juli adalah sebuah pernyataan yang menyederhanakan dan meremehkan persoalan.

Curah hujan yang setara dengan curah hujan sepanjang tahun, sebesar 624 mm, menguyur kota itu hanya dalam satu hari. Akibatnya, 200.000 orang dievakuasi dan 33 meninggal dunia.

Seminggu sebelumnya, bencana banjir di Jerman bagian barat meninggalkan jejak kehancuran.

Banjir itu menewaskan 177 orang dan setidaknya 100 di antaranya belum ditemukan, sementara banjir di Belgia menewaskan 37 orang.

Seperti China, kedua negara Eropa itu dilanda curah hujan yang luar biasa tinggi.

Dan bukan hanya politisi seperti Kanselir Jerman Angela Merkel yang menyalahkan perubahan iklim sebagai kontributor potensial untuk peristiwa tragis ini.

Foto udara menunjukkan pemandangan daerah yang hancur setelah badai hujan lebat dan banjir bandang melanda negara bagian barat Rhineland-Palatinate dan Rhine-Westphalia Utara, (17/07).
Getty Images
Banjir di Jerman bagian barat membawa kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menyebabkan 175 kematian.

"Melihat sejumlah kematian di negara yang sangat maju seperti Jerman membuat saya khawatir tentang betapa tidak siapnya masyarakat menghadapi pemanasan global," kata Veerabhadan Ramathan, ahli iklim dan profesor India terkenal di University of California di San Diego, Amerika Serikat.