Jadi Presidensi G-20, RI Suarakan Kepentingan Negara Berkembang

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi
Sumber :
  • VIVA/Dinia Andrianjara

VIVA – Pemerintah Indonesia memastikan akan memegang semangat utama pulih bersama setelah memegang tongkat Presidensi G-20. Presidensi G-20 sendiri merupakan kepemimpinan di forum ekonomi global sebagai respons krisis ekonomi. Indonesia telah ditetapkan sebagai Presidensi pada KTT G20 ke-15 di Riyadh, tahun lalu dan akan mendapat serah terima Oktober 2021 nanti di Italia.

Prilly Latuconsina Bangga, Film Budi Pekerti Dipuji Menlu Retno Marsudi

Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, penekanan untuk pulih bersama tersebut diperlukan semangat inklusivitas, solidaritas, kerja sama, kolaborasi dan kemitraan.

“Inklusivitas akan menjadi salah satu kata kunci dalam Presidensi G-20 Indonesia. Indonesia tidak hanya akan memperhatikan kepentingan anggota G-20 saja namun juga kepentingan negara berkembang dan kelompok rentan. Ini memang merupakan DNA politik luar negeri Indonesia,” ujar Retno dalam keterangan pers bersama terkait Kesiapan Presidensi Indonesia di G20 Tahun 2022, yang dikutip dari laman setkab.go.id, Rabu 15 September 2021.

Indonesia Provides 10 Millilon Polio Vaccine Doses to Afghanistan

Retno menegaskan, Indonesia akan memberikan perhatian besar kepada negara berkembang baik di Asia, Afrika, Amerika Latin termasuk negara-negara kepulauan kecil di Pasifik dan Karibia.

“Kita juga akan merangkul keterlibatan berbagai kalangan perempuan, pemuda, akademisi, dunia usaha, dan parlemen,” ujar perempuan asal Semarang tersebut.

Akuatik Indonesia Resmi Ganti Nama Jadi Federasi Akuatik Indonesia

Selama menjalankan tugas Presidensi G-20 ini, papar Retno, yang menjadi perhatian adalah isu kesehatan dan pandemi COVID serta pembangunan berkelanjutan. Perhatian besar juga akan diberikan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan ekonomi digital yang sukses menjadi penggerak ekonomi pada masa pandemi.

“Kita juga ingin mendorong pengakuan atas peran penting dan pemberdayaan tenaga kerja difabilitas dalam dunia kerja,” ujar Retno.

Selain itu, akan diselenggarakan pula forum bisnis dan kemitraan di sektor infrastruktur berkelanjutan dan investasi kesehatan.

“Kita perlu memperkuat sektor-sektor tersebut untuk mencapai pemulihan, pertumbuhan, dan ketahanan bersama,” kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya