Logo BBC

Kisah Seorang Ibu Afghanistan Mengaku Senang Taliban Berkuasa

Goljuma (kanan) memuji Taliban: "Perempuan seperti saya tidak seperti mereka di Kabul". BBC Indonesia
Goljuma (kanan) memuji Taliban: "Perempuan seperti saya tidak seperti mereka di Kabul". BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

 

Bagian luar rumah yang terbuat dari batu bata terlihat apik, bersih, dan tenang. Seorang laki-laki bernama Shamsullah, bersama putranya yang menggelayuti kakinya, mengajak tamu-tamu masuk ke ruang tamu.

Karpet menutupi lantai dan bantal-batal disandarkan pada tembok setebal setidaknya 60 cm. Tampak juga sejumlah pajangan. Lemari kecil berisi belasan botol kaca mungil berwarna-warni. Namun keluarga ini miskin, dan semua barang yang mereka miliki hancur atau dijarah selama 20 tahun perang.

Rumah itu menjadi tempat berlindung dari sengatan matahari dan udara berdebu di luar. Rumah dibentengi dengan tembok tanah yang tinggi, sama dengan halaman tertutup di rumah-rumah lain di kawasan pertanian yang menjadi medan pertempuran di Marjah, Provinsi Helmand.

Di dalam kompleks itu, mereka siap memanen buah-buah kapas untuk kemudian ditambahkan ke hasil panen pohon kapuk yang telah dikumpulkan oleh Shamsullah dari ladang di luar tembok halaman.

Shamsullah mengajak masuk ibunya, Goljuma. Menurut Shamsullah, ibunya berusia 65 tahun. Ia mengenakan kain panjang yang menutupi kepala dan tubuh sampai ke lutut, dengan lubang kecil sehingga ia bisa mengintip.

Kadang-kadang saya bisa melihat sinar matanya dan bagian hidung yang memisahkan kedua mata. Suaranya keras ketika menceritakan kehidupannya yang penuh dengan kesedihan dan perang yang menghancurkan kehidupannya dan yang merenggut nyawa empat putranya.