- Aljazeera
VIVA – Kedutaan Besar Republik Indonesia di Riyadh, Arab Saudi mengungkapkan, Indonesia harus bisa memanfaatkan rencana Arab Saudi untuk meliberalisasi ekonominya dengan Saudi Vision 2030.
Charge d'Affaires KBRI Riyadh, Arab Saudi, Arief Hidayat mengatakan, peluang ini perlu dipertegas lantaran selama ini perdagangan Indonesia dengan Arab Saudi tidak terhubung langsung dari sisi logistiknya.
"Produk Indonesia ke Saudi melalui negara ketiga, tidak langsung dikirim ke Saudi," kata dia dalam webinar, Selasa, 9 November 2021.
Dia menuturkan, ini disebabkan oleh biaya transportasi dari Indonesia ke negara tersebut yang masih sangat amat tinggi. Akibatnya, produk-produk Indonesia menjadi tidak bersaing.
"Padahal dari vision ini, Saudi sekarang ingin meliberalisasi pasarnya dan menyebut negara lain untuk bergabung," papar Arief.
Oleh sebab itu, dia menekankan, pemerintah Indonesia harus bisa mempersempit biaya logistik ini sehingga mampu tercipta jalur logistik langsung ke Arab Saudi.
"Saya harap tahun depan akan ada langkah awal bagi kedua negara untuk menciptakan jalur logistik yang menghubungkan langsung," paparnya.
Arief pun mengungkapkan, pada tahun lalu, sebelum pandemi COVID-19 menerjang dunia, volume perdagangan kedua negara masih mampu mengalami peningkatan sebesar 2,38 persen.
Namun, dari sisi besarnya pasar produk-produk Indonesia di Arab Saudi hanya berada di posisi ke-21. Sedangkan posisi Arab Saudi di perdagangan Indonesia hanya di posisi 18.
"Ada 10 produk yang diekspor dari Indonesia ke Saudi, mobil, minyak kelapa, ikan, kayu, kertas dan makanan olahan lainnya," ungkapnya.