Logo ABC

Pendukung Utama Wisata, Pekerja Seks di Thailand Minta Diakui Resmi

Pekerja seks di Thailand tidak dapat bantuan dari pemerintah selama pandemi karena kerja mereka tidak diakui. (ABC News: Mark Dobbin)
Pekerja seks di Thailand tidak dapat bantuan dari pemerintah selama pandemi karena kerja mereka tidak diakui. (ABC News: Mark Dobbin)
Sumber :
  • abc

Sebelum pandemi, kawasan yang dikenal dengan nama "Walking Street' di kawasan wisata Pattaya di Thailand dipenuhi dengan turis dan warga setempat di tengah gemerlapnya lampu dan suara musik yang keras setiap malam.

Namun, sekarang Pattaya yang terletak sekitar 149 km dari ibu kota Bangkok sepi, seperti 'gurun pasir' kata beberapa orang.

Kursi-kursi bar tertumpuk dan berdebu, lampu tidak lagi berkelip, dan tanda "Disewakan" dipasang di berbagai bar, kelab malam dan restoran di sepanjang jalan tersebut.

Bagi pekerja seks berusia 41 tahun, Doa, Pattaya sekarang terasa seperti kuburan.

"Pattaya sebelumnya adalah kota yang tidak pernah tidur. Dulu ada begitu banyak orang, sehingga kadang seperti tidak ada tempat untuk berdiri," katanya kepada ABC.

"Sekarang begitu sepi, sendirian dan merana."

Pattaya adalah salah satu gambaran yang dialami Thailand semasa pandemi, di mana banyak kawasan 'lampu merah' lain di Bangkok, Phuket, Chiang Mai juga meredup.

Karenanya, pendapatan para pekerja seks yang menggantungkan hidup di kelab malam juga mengering.

Mulai 1 November, Thailand akan membuka lagi perbatasan internasional bagi pelancong asing yang sudah mendapat vaksinasi penuh dari 60 negara yang dianggap berisiko rendah, termasuk Australia.

Namun, bar dan pusat hiburan masih ditutup karena pemerintah was-was virus bisa menyebar di tempat-tempat tersebut.