Pendiri Evergrande Jual Aset Rp4,9 Triliun untuk Bayar Utang

Evergrande Group.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Pendiri Evergrande Group Xu Jiayin alias Hui Ka Yan menjual sejumlah asetnya, termasuk sembilan persen saham perusahaan real estate ternama di China itu, untuk memenuhi kewajibannya membayar utang.

AS Tuntut 7 Warga China atas Peretasan Jahat yang Disponsori Negara

Media China yang dipantau ANTARA di Beijing, Minggu, melaporkan nilai aset yang dijual Xu mencapai 2,68 miliar dolar HK atau sekitar Rp4,9 triliun.

Xu menjual 1,2 miliar lembar saham Evergrande dengan harga rata-rata 2,23 dolar HK per lembar, menurut data Bursa Saham Hong Kong (HKEX), Kamis 25 November 2021.

China Gelar Kompetisi Sunat Online, Diikuti Puluhan Dokter Bedah

Pada perdagangan Jumat (26/11), saham Evergrande ditutup pada harga 2,5 dolar HK.

Penjualan aset dan saham bernilai total 2,68 miliar dolar HK itu menurunkan kepemilikan saham Xu di perusahaan yang berkantor pusat di Shenzhen, Provinsi Guangdong, itu dari 77 persen menjadi 67,9 persen.

Mobil Baru BYD Rp200 Jutaan Mulai Dikirim ke Diler

Lahan Evergrande untuk pembangunan stadion di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, telah direklamasi oleh pemerintah daerah setempat untuk dilelang, sebagaimana laporan People's Daily.

Stadion sepak bola Evergrande itu semula dirancang untuk menjadi salah satu stadion sepak bola terbesar di dunia. Luasnya melebihi Stadion Camp Nou FC milik Barcelona di Spanyol.

Evergrande sedang berjuang memenuhi kewajiban-kewajibannya membayar utang senilai 300 miliar dolar AS.

Perusahaan itu gagal membayar surat utang senilai US$82,5 juta (Rp1,2 triliun) yang jatuh tempo pada 6 November lalu sehingga membuat para investor ragu apakah perusahaan dapat memenuhi kewajibannya sebelum masa tenggang 30 hari berakhir pada 6 Desember mendatang.

Awal bulan ini, Xu dilaporkan telah mengumpulkan uang tunai lebih dari 7 miliar yuan (Rp15,7 triliun) melalui penjualan aset-aset pribadinya.

Uang tersebut akan digunakan untuk membayar gaji bulanan karyawan, bunga obligasi, dan memulai kembali proyek perumahan di kota-kota besar di China.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya