4 Hal Seputar Omicron, Varian Baru COVID-19 yang Bikin Resah

Ilustrasi virus.
Sumber :
  • Pixabay/geralt

VIVA – Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada 26 November 2021 menetapkan varian B.1.1.529 sebagai varian baru COVID-19 bernama Omicron. Penetapan varian baru ini atas saran dari Kelompok Penasihat Teknis WHO tentang Evolusi Virus (TAG-VE) yang perlu perhatian serius. 

Keputusan ini didasarkan pada bukti yang diberikan kepada TAG-VE bahwa Omicron memiliki beberapa mutasi yang mungkin berdampak pada perilakunya, misalnya, seberapa mudah menyebar atau tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya. 

Berikut adalah beberapa fakta terkait Omicron dilansir laman WHO:

1. Menyebar Cepat di Afrika

Para peneliti di Afrika Selatan dan di seluruh dunia sedang melakukan penelitian lebih jauh tentang varian Omicron dan akan terus memperbarui hasil temuan penelitian pada saatnya.

WHO mengungkapkan belum ada bukti yang jelas apakah Omicron lebih mudah menular (misalnya, lebih mudah menyebar dari orang ke orang) dibandingkan dengan varian lain, termasuk Delta. 

Memang, jumlah orang yang dites positif meningkat di wilayah Afrika Selatan akibat terkena varian ini, tetapi studi epidemiologi sedang dilakukan untuk memahami apakah itu benar-benar karena Omicron atau faktor lainnya.

Pun dengan tingkat keparahan penyakit, menurut WHO, belum jelas apakah infeksi Omicron menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan infeksi dengan varian lain, termasuk Delta. Data awal menunjukkan bahwa ada peningkatan tingkat rawat inap di Afrika Selatan, tetapi ini mungkin disebabkan oleh peningkatan jumlah keseluruhan orang yang terinfeksi, bukan akibat infeksi spesifik dengan Omicron. 

Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Saat ini tidak ada informasi yang menunjukkan bahwa gejala yang terkait dengan Omicron berbeda dari varian lainnya. Infeksi awal yang dilaporkan terjadi di antara mahasiswa atau individu yang lebih muda yang cenderung memiliki penyakit yang lebih ringan. Akan tetapi, untuk memahami tingkat keparahan varian Omicron akan memakan waktu berhari-hari hingga beberapa minggu. 

Semua varian COVID-19, termasuk varian Delta yang dominan di seluruh dunia, dapat menyebabkan penyakit parah atau kematian, khususnya bagi orang-orang yang paling rentan, sehingga pencegahan selalu menjadi kunci.

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

2. Peningkatan Risiko Penyintas COVID-19

Bukti awal menunjukkan bahwa mungkin ada peningkatan risiko infeksi ulang dengan Omicron (yaitu, orang yang sebelumnya memiliki COVID-19 dapat terinfeksi ulang dengan lebih mudah dengan Omicron), dibandingkan dengan varian kekhawatiran lainnya, tetapi informasi terkait hal tersebut sangat terbatas.  

KPK Cecar Fadel Muhammad soal Dugaan Kasus Korupsi APD di Kemenkes RI

WHO bekerja sama dengan mitra teknis tengah meneliti dampak potensial dari varian ini pada tindakan pencegahan yang ada, seperti vaksin. Vaksin tetap penting untuk mengurangi penyakit parah dan kematian, termasuk melawan varian dominan yang beredar, Delta. Vaksin saat ini tetap efektif melawan penyakit parah dan kematian.

Sementara apakah tes PCR yang banyak digunakan untuk mendeteksi infeksi juga efektif mendeteksi Omicron? WHO menyebut studi terkait itu sedang berlangsung untuk menentukan apakah varian tersebut juga bisa terdeteksi dengan jenis tes lain, termasuk tes antigen.

Untuk efektivitas pengobatan saat ini, WHO mengatakan Kortikosteroid dan IL6 Receptor Blockers masih efektif untuk menangani pasien dengan COVID-19 yang parah. Perawatan jenis lain akan terus diteliti untuk melihat apakah masih efektif mengingat perubahan pada bagian virus dalam varian Omicron.

3. Penelitian Omicron dan Kinerja Vaksin

Saat ini, WHO sedang berkoordinasi dengan sejumlah besar peneliti di seluruh dunia untuk lebih memahami Omicron. Studi saat ini sedang berlangsung atau sedang berlangsung segera termasuk penilaian penularan, tingkat keparahan infeksi (termasuk gejala), kinerja vaksin dan tes diagnostik, dan efektivitas pengobatan.

WHO mendorong negara-negara untuk berkontribusi dalam pengumpulan dan pembagian data pasien rawat inap melalui Platform Data Klinis WHO COVID-19 untuk menggambarkan karakteristik klinis dan hasil pasien dengan cepat.

Informasi lebih lanjut akan muncul dalam beberapa hari dan minggu mendatang. TAG-VE WHO akan terus memantau dan mengevaluasi data saat tersedia dan menilai bagaimana mutasi pada Omicron mengubah perilaku virus.

4. Rekomendasi WHO

Karena Omicron telah ditetapkan sebagai Variant of Concern, ada beberapa tindakan yang direkomendasikan WHO untuk dilakukan oleh negara-negara, termasuk meningkatkan pengawasan dan tracing kasus; berbagi urutan genom pada database yang tersedia untuk umum, seperti GISAID; melaporkan kasus atau klaster awal ke WHO; melakukan investigasi lapangan dan penilaian laboratorium untuk lebih memahami jika Omicron memiliki karakteristik penularan atau penyakit yang berbeda atau berdampak pada efektivitas vaksin, terapi, diagnostik atau kesehatan masyarakat dan tindakan sosial.  

Negara-negara harus terus menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang efektif untuk mengurangi sirkulasi COVID-19 secara keseluruhan, menggunakan analisis risiko dan pendekatan berbasis sains. Mereka harus meningkatkan layanan kesehatan masyarakat dan kapasitas medis untuk mengelola potens peningkatan kasus.

Selain itu, sangat penting bahwa ketidakadilan dalam akses ke vaksin COVID-19 segera diatasi untuk memastikan bahwa kelompok rentan di mana pun, termasuk petugas kesehatan dan orang tua, menerima dosis pertama dan kedua, di samping akses yang adil terhadap pengobatan dan diagnostik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya