Di Afghanistan Narkotika Sabu Dijual Bebas di Pasar-pasar

Helikopter Black Hawk terbang rendah di Kandahar, Afghanistan
Sumber :
  • Twiiter @SadiqullahAfgha

VIVA – Terpuruknya ekonomi Afghanistan dan ditariknya banyak bantuan internasional dari negara itu membuat para petani dan pedagang di sana mencari jalan keluar cepat. Afghanistan yang dahulu terkenal dengan opiumnya kini bak kembali lagi menyandang gelar itu.

Terungkap Home Industry Sabu di Pasuruan Jatim Sudah Beroperasi 4 Bulan

Opium, sabu dan heroin kembali bersemi di Afghanistan yang rantainya dimulai dari petani setempat sebagaimana dilansir BBC. Bahkan sabu-sabu kembali dijual di pasar-pasar walau Taliban yang kini menjadi rezim pemerintah tak blak-blakan mengakuinya.

Disebutkan dalam laporan tersebut, sumber media mengatakan setidaknya ada 3000 Kg sabu yang diproduksi oleh lebih 500 pabrik darurat setiap hari. Produsen sabu terkenal Afghanistan berada di bagian barat daya negara itu.

Awal Mula 5 Oknum Polisi Ditangkap Diduga Usai Konsumsi Sabu di Depok

Bahkan di dalam gurun juga disebut difungsikan sebagai perdagangan sabu. Gundukan sabu juga bisa ditemui di sejumlah pasar. Kondisi itu disebut sumber tersebut makin marak usai krisis ekonomi pasca-Taliban kembali.

Diketahui bahwa petani setempat juga mengatakan memilih menanam bahan baku untuk sabu tersebut yang dikenal dengan nama ephedra untuk membuat obat efedrin. Sementara di belahan lain Afghanistan juga para petani memilih menanam opium. Salah seorang petani bernama Mohammad Ghani mengaku sedang sibu mempersiapkan ladang menanam benih opium.

Polres Malang Bongkar Home Industry Sabu di Jatim

"Kami tahu itu bahaya," kata Mohammad Ghani.

Namun kata dia mereka tak punya pilihan lain. Dibandingkan menanam sayuran misalnya tomat atau okra maka mereka harus merelakan sebagian besar uang untuk membuat sumur. Opium kemudian menjadi pilihan mereka karena menguntungkan dan dicari banyak orang untuk dijual ke luar negeri.

Sementara juru bicara Taliban di Kabul Bilal Karimi mengatakan bahwa Taliban memang sedang mencari alternatif bagi petani.

"Kami tak bisa melarang bisnis opium tanpa menawarkan sesuatu yang lain bagi mereka," kata Karimi soal maraknya bertani opium di sana.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya