Kuliah Lagi Setelah Pensiun: Kisah Para Lansia Tak Ragu Gapai Mimpi
- bbc
Dalam bayangan banyak orang, universitas mungkin cocok jika dipenuhi oleh anak-anak muda berusia dua puluhan tahun, yang hilir mudik di kampus menuju kelas atau bersantai bersama.
Orang-orang yang telah berusia lanjut, bila ada di sebuah kampus, lebih cocok menjadi dosen atau staf pengajar - bukan mahasiswa.
Namun seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup di seluruh dunia, beberapa orang lanjut usia memilih untuk menggunakan masa pensiunnya untuk kembali ke sekolah.
Hari ini, 24 Januari, adalah Hari Pendidikan Internasional, menurut PBB. Guna memperingatinya, BBC berbincang dengan empat lansia yang berhasil lulus pendidikan tinggi di Indonesia, Kanada, Brasil dan Australia. Inilah kisah mereka.
Baca juga:
- `Pertemuan terakhir` sepasang lansia yang terkena Covid-19
- Jepang alami krisis tabrakan mobil yang dipicu pengemudi lansia
- Hari lansia: Apa korelasi antara mengigau, Covid-19, dan kelompok manula?
Indonesia: `Selama masih bisa belajar, jangan berhenti`
Bagi La Ode Muhammad Sidik, 87 tahun, umur tidak menghalanginya melanjutkan pendidikan ke jenjang atas.
Dua tahun lalu, bersama dengan ratusan mahasiswa yang rata-rata berumur dua puluhan tahun, La Ode dikukuhkan menjadi sarjana Bahasa Indonesia dari Universitas Muhammadiyah Buton, Baubau, Sulawesi Tenggara.
Ini adalah mimpi yang tertunda bagi La Ode.
Di masa mudanya, pada tahun 50-an, La Ode mengajar di Sekolah Rakyat. Dia lalu diangkat menjadi guru Sekolah Menengah Pertama pada tahun 70-an.
Masa pengabdiannya berakhir saat La Ode pensiun pada awal 2000-an. Namun sebelum pensiun, La Ode menyelesaikan studi D3 jurusan Pendidikan di Universitas Haluoleo (Unhalu) Kendari pada 1992.
Sebelum pensiun pula, niatnya untuk menempuh pendidikan S1 sudah sangat besar. Namun dengan sembilan anak yang harus dibiayai pendidikannya, ia harus menyingkirkan dulu cita-citanya.