Kamp-kamp Anak di Suriah Bisa Jadi Sarang Perekrutan ISIS, Mengapa

Pengungsi Palestina mulai meninggalkan kamp Yarmouk setelah serangan ISIS.
Sumber :
  • UNRWA/Rami Al Sayyed

VIVA – Pasukan militer Suriah (SDF) belum bisa memberikan konfirmasi angka yang berkaitan korban anak-anak yang terluka dan tewas selama operasi pertempuran perebutan penjara melawan ISIS. Pun juga SDF tidak memberikan informasi mengenai lokasi korban hingga saat ini, dilansir Aljazeera, Jumat, 27 Januari 2022.

Anak Masuk Rumah Sakit, Ayu Dewi Sedih dan Minta Bantu Doa

Clara Moore, peneliti yang berbasis di Suriah di Pusat Informasi Rojava mengatakan anak-anak hampir pasti tidak bisa dilepaskan dari hak pengasuhan.

“Kami tidak tahu apa yang akan terjadi pada mereka. Serangan itu menggarisbawahi cara yang berbeda dari perumahan dengan mereka diperlukan,” kata Moore.

Soal Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Adopsi Anak, Ramalan Hard Gumay Bikin Tercengang

 “Tetapi AANES (Administrasi Otonomi Suriah Utara dan Timur) dan SDF masih terkendala soal pemberian informasi ini," lanjutnya.

Setelah jatuhnya kekhalifahan ISIL/ISIS pada tahun 2019, puluhan ribu wanita dan anak-anak dari banyak negara ditahan di kamp-kamp pengungsian yang diklaim aman. Sementara laki-laki remaja dan orang tua ditempatkan di penjara juga. Mereka kebanyakan simpatisan ISIS dan keluarganya yang datang ke Suriah dan dahulu percaya pada janji kekhalifahan ISIS.

Heboh, Ramalan Hard Gumay Soal Nagita Slavina Punya Anak Perempuan Jadi Kenyataan

Pejabat SDF dan beberapa analis mengatakan kamp-kamp yang penuh sesak telah menjadi sarang perekrutan ISIL. Pembunuhan, kejahatan dan kekerasan lainnya biasa terjadi. Beberapa laporan mengatakan bahwa anak laki-laki dan pemuda telah diselundupkan ke luar kamp untuk bergabung dengan pejuang kelompok tersebut.

Pejabat, penduduk, dan pekerja bantuan menyebut situasi ini sebagai bom waktu. Organisasi hak asasi manusia dan advokasi kemudian telah mendesak masyarakat internasional untuk memulangkan warga negara mereka yang ditahan.

Mereka mengatakan bahwa jika pemerintah telah memulangkan warga negara mereka dari penjara dan kamp maka banyak kecelakaan dan kematian yang bisa dicegah.

“Penderitaan yang kami lihat dengan ribuan penduduk setempat dan penduduk mengungsi, sebagian anak-anak digunakan sebagai tameng manusia dapat dihindari,” kata Beatrice Eriksson yang merupakan juru bicara organisasi hak anak yang berbasis di Swedia, Repatriate the Children.

Hanya belasan anak dari penahanan di timur laut Suriah pada tahun 2021 yang sudah dipulangkan. Sebuah laporan Save the Children yang diterbitkan pada bulan September mendesak Australia, Amerika Serikat, Norwegia, Kanada, dan Uni Eropa untuk meningkatkan pemulangan warga mereka.

SDF telah membuat seruan serupa dan mengatakan mereka memiliki sumber daya yang terbatas untuk menampung puluhan ribu keluarga. Mereka mengatakan ancaman ISIL dan para tahanan bukan hanya masalah lokal di sana.

Sejauh ini, pihak berwenang setempat memindahkan dua wanita Swedia dan empat anak-anak ke delegasi pemerintah Swedia setelah bentrokan namun masih ada ribuan lagi yang menunggu untuk pulang.

Kamp penahanan Al-Hol dan Al-Roj di timur laut Suriah menampung 60.000 orang, 40.000 di antaranya adalah anak-anak. Kemudian 7.800 di antaranya berasal dari sekitar 60 negara, sisanya dari Suriah dan Irak.

Kamp-kamp tersebut dijalankan oleh SDF yang telah berjuang untuk mengelola sendiri karena kapasitas yang terbatas. Pekerja bantuan dari organisasi kemanusiaan internasional juga sudah diberikan.

Begitu anak laki-laki itu menjadi remaja, pihak berwenang setempat memindahkan mereka ke penjara dewasa bersama tersangka pejuang ISIL. 

PBB mengatakan mereka berisiko di indoktrinasi dan diperlakukan dengan buruk. Apalagi banyak yang ditahan tanpa bukti jelas melakukan kejahatan. Namun SDF mengklaim bahwa mereka dipaksa untuk menahan anak-anak sebagai tindakan sementara yang harus dilakukan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya