Seorang Perempuan Dibunuh Keluarganya karena Pindah Agama

Ilustrasi pembunuhan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Hari Perempuan Internasional di Kurdistan Irak ditandai dengan laporan pembunuhan terhadap seorang perempuan berumur 20 tahun oleh seorang anggota keluarganya. Tragedi tragis yang terjadi minggu lalu itu karena keputusan perempuan tersebut pindah agama dari Islam ke Kristen dan menggunakan nama baru yaitu Maria.

Pembunuhan Wanita Hamil di Kelapa Gading, Pelaku Rampas Ponsel Korban Sebelum Kabur

Melansir dari Asia News, Jumat 18 Maret 2022, kasus ini merupakan tanda bahwa perjalanan Irak menuju toleransi dan koeksistensi masih panjang. Meskipun tahun lalu ada kunjungan Paus Fransiskus dan karya Patriark Card Raphael Sako ke Irak.

Bahkan Irak utara, dengan wilayah Kurdi yang lebih tenang yang menampung puluhan ribu orang Kristen, Yazifi, dan Muslim, tidak merasa bebas dari kekerasan sektarian.

Terkuak, Motif Pembunuhan Wanita Open BO di Pulau Pari

Maria Eman Sami Maghdid tewas ditikam. Dia telah menggunakan nama Kristennya selama beberapa waktu di media sosial dan sangat populer dengan banyak pengikut. Tampaknya dia dihukum oleh keluarganya karena meninggalkan Islam, khususnya karena memeluk agama Kristen dan emansipasinya.

Pembunuhannya terjadi di dekat bandara internasional Erbil, tidak jauh dari Ankawa, distrik Erbil yang mayoritas beragama Kristen. Pamannya mengatakan telah membunuh Maria dengan kakaknya yang juga ikut terlibat.

Pasukan AS di Irak dan Suriah Kena Bombardir Roket Selama 24 Jam

Pada awalnya, laporan menunjukan bahwa kedua tersangka pembunuh telah ditangkap, tapi kemudian polisi mengeluarkan pernyataan bahwa hanya satu orang yang ditangkap.

Maria terkenal dengan jiwa aktivismenya, perjuangannya untuk hak-hak perempuan bersama dengan pilihannya memeluk agama Kristen telah mendapatkan pertentangan oleh keluarganya.

Sementara itu, kerabatnya mengklaim bahwa pertengkaran keluarga Maria adalah penyebab kematian Maria. Sebuah sumber pemerintah yang anonim karena alasan keamanan mengatakan bahwa setelah memeluk agama Kristen, dia memilih untuk dipanggil Maria.

Namun keluarga menolak keras hal itu, mereka mengatakan bahwa pembunuhan atas dasar perpindahan agama bukanlah penyebabnya. Namun karena Maria ingin hidup sendiri, bebas, setelah empat tahun menceraikan suaminya. Maria sebelumnya dipaksa menikah oleh keluarganya saat dia berusia 12 tahun.

Pihak keluarga juga terdorong untuk membunuh Maria karena dia tidak memakai cadar, dan tidak ingin lagi mengikuti tradisi Islam.

“Mereka mengatakan bahwa ayahnya menjual buah-buahan dan sayuran padahal sebenarnya dia adalah seorang tokoh imam dan tokoh agama terkenal di komunitas Muslim,” kata sumber tersebut.

“Mereka menemukan mayatnya (Maria) diikat dengan selotip, dan dibuang di pinggir jalan, dengan banyak luka tusukan,” katanya lebih lanjut.

Maria dikenal sebagai seseorang yang terbuka, dia tinggal bersama seorang teman dan merupakan bagian dari komisi yang memperjuangkan hak-hak perempuan Arab dan Irak. Ironisnya, kematiannya bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional, sebuah pertanda bahwa perjuangan perempuan untuk hak dan kebebasan masih panjang.

“Tokoh Kristen dan Muslim terkemuka serta para pemimpin pemerintah Kurdi mengutuk pembunuhan itu,” kata seorang sumber.

Hampir 50.000 pengikut Maria di Tiktok juga mengutuk pembunuhan Maria. Dalam video yang diunggah Maria di akun Tiktoknya, dia menyebarkan pesan keberanian, perjuangan dan emansipasi. Dia juga sempat menunjukan dirinya merokok, mengenakan pakaian ala Barat dengan mengatakan dalam satu videonya bahwa menjadi berbeda di Kurdistan dapat menyebabkan kematian.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya