Miliarder Abramovich Cs Keracunan Saat Berunding, Diduga Senjata Kimia

Pemilik Chelsea, Roman Abramovich
Sumber :
  • AP Photo/Martin Meissner, File

VIVA – Anggota delegasi yang menghadiri pembicaraan damai antara Ukraina dan Rusia diduga mengalami keracunan setelah melakukan pertemuan di Kiev, awal bulan ini. Dikatakan bahwa anggota delegasi menunjukkan gejala mata merah yang menyakitkan dan kulit mengelupas di bagian wajah dan tangan mereka.

Putin Resmi Dilantik Jadi Presiden Rusia, Lanjut Menjabat 6 Tahun Lagi

Miliarder Rusia Roman Abramovich dan dua anggota senior tim Ukraina termasuk anggota Parlemen Tatar Krimea Rustem adalah korban yang mengalami gejala keracunan tersebut.

Mereka yang terkena dampak dari dugaan keracunan itu terganggu kesehatannya meski disebutkan tidak mengalami hal yang fatal. 

Di Forum Parlemen MIKTA, Puan Ingatkan Krisis di Gaza Berdampak pada Stabilitas Global

Penyelidik untuk Bellingcat kolektif open-source mengatakan sumbernya telah mengkonfirmasi kejadian tersebut dan menyimpulkan bahwa anggota delegasi keracunan senjata kimia yang belum bisa dipastikan jenisnya. Namun hal itu menjadi penyebab paling mungkin.

Para ahli mengatakan pilihan toksin dan dosis menunjukkan bahwa insiden tersebut bisa dilakukan untuk menakut-nakuti para korban dan memang bukan menimbulkan gejala atau kerusakan yang permanen dalam tubuh.

Rusia Ngamuk dan Ancam Serang Instalasi Militer Inggris, Apa Sebabnya?

“Kemungkinan besar dimaksudkan untuk menakut-nakuti para korban, bukan menyebabkan kerusakan permanen,” kata para ahli dikutip dari VOA, Selasa 29 Maret 2022.

Menurut laporan tersebut, belum diketahui jelas siapa dalang di balik insiden peracunan itu. Meski ada pihak yang menduga kelompok garis keras di Moskow sedang berusaha mengganggu negosiasi tersebut.

Saat ditanya pada Senin 28 Maret 2022, negosiator Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan ada banyak spekulasi dan berbagai teori konspirasi mengenai insiden tersebut.

Media massa melaporkan bahwa Umerov adalah salah satu target dugaan keracunan. Umerov mendesak orang-orang untuk tidak mempercayai informasi yang tidak diverifikasi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya