Di Irlandia Pengungsi Ukraina Ditawari Tinggal di Kastil Abad XV

Pengungsi Ukraina mengantre makanan di Berlin, Jerman.
Sumber :
  • AP Photo/Michael Sohn

VIVA – Warga Irlandia Barry Haughian dan istrinya memutuskan untuk menawarkan rumah kedua mereka, sebuah kastil abad ke-15 di Irlandia barat, kepada pengungsi Ukraina.

AS Gelontorkan Lagi Rp 420 Triliun Lebih untuk Perang Israel di Gaza

Keputusan itu dibuat setelah pasangan itu menyaksikan warga Ukraina melarikan diri dari negaranya tetapi tidak punya ruang untuk membantu mereka di rumah di Madrid, Spanyol.

Hari itu juga Haughian terbang menuju Polandia dan membuat akun Facebook pertamanya untuk menawarkan suaka. Saat pulang, dia mengajak 11 warga Ukraina asal Dnipro dan Zaporozhye dekat Mariupol ke Kastil Ballindooley.

Rusia Makin Gencar Menyerang, AS Janji Secepatnya Akan Kirim Senjata ke Ukraina

“Kami mengalami kehancuran emosi selama lebih dari seminggu. Kami tidak yakin apa yang kami lakukan dan hanya membuat segalanya lebih baik bagi mereka,” kata Haughian yang tinggal di kastil empat lantai itu dengan istrinya, Lola, yang berasal dari Spanyol dan dua anak remajanya.

“Jadi saat ini, setiap pekan keadaan menjadi lebih baik… Anda dapat melihat beban yang menghilang dari pundak mereka. Kami memiliki orang-orang yang mampir setiap waktu untuk membantu mereka. Ini benar-benar 'céad míle fáilte' (seratus ribu sambutan) dari orang-orang Irlandia,” katanya.

Demi Alasan Keamanan, Polandia Siap Tampung Senjata Nuklir NATO

Ke-11 orang itu termasuk 23.000 pengungsi Ukraina yang sejauh ini tiba di Irlandia. Pemerintah memperkirakan angka itu bisa bertambah empat kali lipat --setara dengan dua persen populasi Irlandia. Mereka harus segera ditempatkan di pusat konferensi atau gelanggang olahraga.

Sebulan setelah kedatangan mereka, lima orang dari kelompok itu mendapatkan pekerjaan. Anak-anak mereka bersekolah dan bermain di lahan seluas setengah hektare dengan anak-anak setempat yang keluarganya terus berbagi apa pun, mulai dari kulkas dan televisi hingga sekeranjang telur kepada Maria Nazarchuk, pembuat roti yang rajin di kelompok itu.

Pengungsi berusia 20 tahun itu bekerja di taman dekat kastil. Dia masih ingat suara bom dan roket sebelum memulai perjalanan tiga hari 28 jam dan  menunggu di perbatasan Polandia untuk menghindari invasi Rusia.

Seorang mahasiswi akuntansi mengungsi dengan ibunya, tetapi meninggalkan dua saudara laki-lakinya, satu saudara perempuan dan nenek di kota timur Dnipro.

Dia berharap untuk melanjutkan studinya di Universitas Nasional Galway pada September.

“Orang-orang Irlandia sangat ramah, sangat baik. Semua orang ingin membantu kami. (Saya) senang di sini. Saya punya pekerjaan bagus, rumah bagus. Saya tidak pernah berpikir bahwa suatu hari saya akan tinggal di kastil,” katanya. (Ant/Antara)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya