5 Fakta Emmanuel Macron Kembali Terpilih sebagai Presiden Prancis

VIVA Militer: Presiden Prancis, Emmanuel Macron
Sumber :
  • Euronews

VIVA – Emmanuel Macron menjadi Presiden Prancis untuk kedua kalinya usai mengalahkan Marine Le Pen dalam pemilihan presiden (pilpres) putaran kedua pada 24 April 2022 waktu setempat. 

Langkah Prabowo Larang Pendukung Demo di MK Dinilai Bisa Jaga Kesejukan Demokrasi

Berdasarkan perhitungan Kementrian Dalam Negeri, Macron memperoleh sebanyak 58,55% suara dari total 97% suara yang dihitung. Hasil dari pilpres ini terpampang pada layar besar di taman Champ de Mars, Paris.

Macron dan Le Pen merupakan kandidat yang maju ke putaran kedua setelah masing-masing menempati urutan pertama dan kedua dari 12 kandidat pada putaran pertama tanggal 10 April silam.

Barikade 98 Ajukan Amicus Curiae, Minta Hakim MK Putuskan Sengketa Pilpres Secara Adil

Sebagaimana pilpres di berbagai belahan dunia, tentu ada sederet fakta yang ikut mewarnai peristiwa ini. Berikut 5 fakta seputar Emmanuel Macron yang kembali menjadi presiden Prancis.

  1. Mengalahkan capres anti-hijab

135 Purnawirawan TNI-Polri Ajukan Amicus Curiae ke MK Terkait Sengketa Pilpres

Debat Pilpres Prancis antara Presiden Petahana Emmanuel Macron dan penantangnya Marine Le Pen.

Photo :
  • Ludovic Marin, Pool via AP

Kandidat presiden putaran kedua, Le Pen dikenal dengan kampanye anti-hijab. Melarang penggunaan hijab di Prancis adalah salah satu janji Le Pen dalam kampanye pilpres Prancis 2022. Tak hanya itu, ia juga menolak pengadaan daging halal khusus.

Le Pen sendiri berasal dari Partai Rassemblement National (RN) yang bersikap anti-imigran, anti-Uni Eropa, anti-NATO dan anti-hijab.

Dalam perhitungan suara putaran kedua, Macron meraih sebanyak 18.779.641 suara sementara Le Pen memperoleh 13.297.760 suara. Sebagian besar pemilih Le Pen berada di pedesaan dan luar negeri. 

  1. Presiden pertama yang terpilih kembali dalam 20 tahun

Dalam pilpres Prancis, terdapat sebuah ‘kutukan’ yaitu presiden tidak akan terpilih dua kali berturut-turut. Namun ‘kutukan’ tersebut berhasil Macron patahkan.

Sebelumnya dalam 20 tahun terakhir, hanya Jacques Chirac berhasil menjadi Presiden Prancis selama 2 periode. Ia memimpin Prancis dari tahun 1995 sampai 2007.

Pada pilpres Prancis tahun 2002, Chirac mengalahkan ayah dari Le Pen yaitu Jean-Marie Le Pen. 

  1. Mendapat ucapan selamat dari pemimpin negara lain

 Kanselir Jerman Olaf Scholz.

Photo :
  • Michele Tantussi/via AP

Olaf Scholz, kanselir Jerman adalah orang pertama yang mengucapkan selamat atas kemenangan Macron. Mereka siap menyoroti bersama perang Rusia di Ukraina.

Selain itu juga ada presiden Amerika Serikat, Joe Biden yang menantikan kerja sama dengan Macron termasuk dalam menangani perang antara Rusia dan Ukraina. Tak ketinggalan Perdana Menteri Britania Raya, Boris Johnson serta Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyampaikan ucapan selamat kepada Macron melalui Twitter.

  1. Pemungutan suara menuai kontra

Dilansir dari BBC News, rupanya selama pemungutan suara berlangsung lebih dari satu dari tiga pemilih tidak menggunakan haknya. Lebih dari 3juta orang tidak memilih. Data ini merupakan yang terendah dalam pilpres Prancis sejak 1969.

Adanya warga Prancis sedang berlibur dan sikap apatis warga merupakan faktor rendahnya persentase pemungutan suara. Selain itu sejumlah pemilih mengeluh tidak ada kandidat yang mewakili. Mereka pun tidak mengisi surat suara sebagai bentuk ‘hukuman’ kepada presiden yang menjabat.

Warga Prancis yang termasuk anti-Macron berunjuk rasa di beberapa kota seperti Paris, Rennes, Toulouse, serta Nantes. Polisi bahkan melemparkan gas air mata untuk membubarkan demonstran di Paris dan Rennes.

  1. Berjanji mempersatukan Prancis

Massa mendukung kemenangan Presiden Emmanuel Macron di Menara Eiffel, Paris

Photo :
  • AP Photo/Rafael Yaghobzadeh

Dalam pidato kemenangannya, Macron mengungkapkan bahwa ia akan bekerja secara adil dan memperhatikan kesetaraan antara pria dan wanita. Ia juga berjanji menanggapi para pemilih dari kandidat lain yang marah atas kemenangannya. 

“Tidak ada yang ditinggalkan di pinggir jalan. Semua bergantung pada kita untuk bekerja sama mencapai kesatuan ini, yang memungkinkan kita menjalani kehidupan yang lebih bahagia di Prancis. Tahun-tahun yang akan datang tentu tidak akan sepi, tetapi akan menjadi sejarah,” ujar Macron di hadapan publik kota Paris seperti yang dilansir VIVA dari Reuters.

“Era selanjutnya tidak akan sama dengan pemerintahan yang sebelumnya, kita akan menemukan cara baru dalam melakukan sesuatu bersama, untuk lima tahun yang lebih baik,” tutur pria berusia 44 tahun itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya