Khawatir Bakal Lockdown, Warga Beijing Borong Kebutuhan Pokok

Warga menggunakan masker untuk melindungi diri dari COVID-19 di Beijing, China.
Sumber :
  • AP Photo/Andy Wong

VIVA – Usai ditemukanya kasus baru COVID-19 di kota Beijing memaksa pemerintah kota tersebut melakukan pengujian terhadap jutaan warganya diikuti pembatasan sosial di wilayah permukiman dan distrik bisnis.

China Dilanda Banjir Bandang, 4 Orang Tewas dan 10 Hilang

Sejak ditemukan sekitar 40 kasus baru di kota berpenduduk 21 juta tersebut sejak hari Jumat 22 April 2022 lalu, pemerintah kota Beijing telah menerapkan langkah tegas untuk mencegah penyebaran virus yang lebih luas.

Para warga di distrik Chaoyang di mana ditemukannya 10 kasus COVID-19 diminta untuk mendatangi pusat tes COVID-19 dan setelahnya tetap berada di dalam rumah hingga hasil tes keluar. Para warga juga merasa tidak khawatir jika ada gelombang baru penyebaran COVID-19 atau karantina di Beijing, China.

Hadiri Forum Internasional di China, KSAL Tegaskan Pentingnya Jaga Keamanan Maritim di Kawasan

Warga menggunakan masker untuk melindungi diri dari COVID-19 di Beijing, China.

Photo :
  • AP Photo/Andy Wong

Kendati belum melakukan karantina wilayah, warga berbondong-bondong memadati toko swalayan untuk membeli kebutuhan pokok karena khawatir akan dilakukan karantina. Aksi borong bahan-bahan kebutuhan pokok di Beijing tidak dapat dihindari meskipun otoritas di Ibu Kota China itu menjamin ketersediaan, dan menindak pelaku penimbunan selama protokol kesehatan antipademi COVID-19 mulai ditegakkan lagi.

Cyber Crime Can Threaten Southeast Asia as Digital Technology Advances

"Saya sudah siapkan bahan makanan pokok, terutama telur, untuk beberapa hari ke depan," kata seorang warga negara Indonesia kepada ANTARA di Beijing, Selasa 26 April 2022.

Ia dan beberapa WNI lainnya sampai rela dua hari berturut-turut ikut mengantre di pusat perbelanjaan di sekitar tempat tinggalnya. "Mi instan, sayur-mayur, dan buah-buahan sudah mulai menghilang di pasaran," kata seorang WNI lainnya yang tinggal di Distrik Chaoyang dihubungi pada Senin (25/4).

Meskipun mulai langka, tidak ada kenaikan harga bahan kebutuhan pokok. Sebagian warga ada juga yang memanfaatkan jasa pesan-antar makanan atau bahan kebutuhan pokok walaupun dengan harga agak mahal.

Sementara itu, beberapa kawasan permukiman di Distrik Chaoyang dan Distrik Shunyi ditutup total.

Suasana dalam kereta bawah tanah (subway) Line 10 di Beijing, China.

Photo :
  • ANTARA/M. Irfan Ilmie

Antrean tes PCR terlihat mengular sejak Minggu (24/4) di beberapa kompleks permukiman. Bagi warga yang malas mengantre, bisa mendatangi lapak-lapak tes PCR secara mandiri dengan biaya sendiri sebesar 25 yuan (Rp55 ribu) atau turun dibandingkan sebelumnya yang 35 yuan (Rp77 ribu). Sejak Jumat (22/4) hingga Senin (25/4) di Kota Beijing terdapat 70 kasus positif COVID-19.

Otoritas kesehatan setempat melakukan tindakan cepat tanggap agar wabah gelombang terkini itu tidak meluas. "Pelacakan virus pada klaster terakhir ini identik dengan infeksi yang terjadi di luar Beijing," kata Deputi Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Kota Beijing, Pang Xinghuo, kepada pers.

Sepuluh kasus pertama ditemukan di salah satu sekolahan di Distrik Chaoyang pada Jumat (22/4). Sejak saat itu, otoritas mengerahkan semua kekuatan untuk mencegah meluasnya wabah. (Ant/Antara)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya