Ahli IT Korut Tersebar di Seluruh Dunia, FBI Peringatkan Bahaya

Ilustrasi aktivitas IT ilegal
Sumber :
  • Fresh Security

VIVA – Amerika Serikat (AS) mengeluarkan peringatkan bahwa para pekerja teknologi informasi atau IT dari Korea Utara (Korut) kini berusaha mendapatkan pekerjaan jarak jauh dengan menyembunyikan identitas mereka sesungguhnya. Hal tersebut kata AS adalah salah satu misi agar para pekerja IT itu bisa mencuri uang dari pihak dan negara lain.

Aksi UI Tiru AS Gelar Kamp Palestine Solidarity untuk Penghentian Perang di Gaza Banjir Dukungan

Menurut pejabat dan otoritas AS, kebanyakan pekerja IT Korut itu akan membuat profil mereka berasal dari negara Asia selain Korea. Misi itu kata pihak AS juga sebagai upaya untuk mengumpulkan uang membantu mendanai program senjata Korea Utara.

Diketahui bahwa Korea Utara secara berkala terus memamerkan uji coba rudalnya. Pada Maret tahun 2017 untuk pertama kalinya negara itu menguji coba rudal balistik antarbenua.

Ini Dia Solusi Atasi Berbagai Permasalahan IT dalam Bisnis 

Baca juga: Penembakan di Gereja California Bermotif Kebencian atas Taiwan

"Korea Utara memiliki ribuan pekerja IT andal dengan keahlian yang mumpuni dan bisa mendapat job dari seluruh dunia dan penghasilan mereka berkontribusi mendanai senjata dan program rudal balistik yang melanggar sanksi yang dijatuhkan AS dan PBB," disebutkan pihak Menteri Keuangan AS dan FBI dalam pernyataan bersama mereka kemarin sebagaimana dikutip dari BBC.com, Selasa 17 Mei 2022

Gelombang Protes Pro-Palestina di AS, Polisi Bubarkan Pakai Granat Kejut

Para pekerja IT Korut ini diidentifikasi tinggal di Korea Utara, China dan Rusia serta sebagian di beberapa negara meski dalam jumlah yang sedikit seperti di Afrika dan Asia Tenggara.

"Para ahli IT ini memang punya kemampuan yang spesifik seperti pengembangan perangkat lunak dan pengembangan aplikasi sehingga mereka bisa mendapatkan kontrak pekerjaan freelance dari klien di seluruh dunia termasuk dari Amerika Utara, Eropa dan Asia Timur," disebutkan lagi dalam pernyataan tersebut.

"Sekalipun para pekerja dan ahli IT ini bekerja secara normal dan tidak menunjukkan aktivitas mencurigakan dan kejahatan yang jelas namun mereka memiliki akses kepada kontraktor atau pemberi kerja sehingga memungkinkan terjadinya intrusi siber (peretasan) yang buruk," dirilis Depkeu AS dan FBI.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya