Meningkat, Orang Demam di Korea Utara Capai 220 Orang Sehari

Gedung Pemerintah Korea Utara di Ibu Kota Pyongyang.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Korea Utara pada Sabtu 21 Mei 2022 mencatat, adanya penemuan 220.000 lebih orang dengan gejala demam di negara itu. Jumlah tersebut dikatakan sebagai peningkatan. Bahkan ketika pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengklaim kemajuan dalam memperlambat penyebaran COVID-19 di negara itu.

Keuskupan Agung Jakarta Sebut Paus Fransiskus Akan Kunjungi Indonesia September 2024

Wabah tersebut telah menimbulkan kekhawatiran, mengenai tragedi serius di negara miskin yang terisolasi dengan salah satu sistem perawatan kesehatan terburuk di dunia.

Melansir dari AP, Minggu 22 Mei 2022, para ahli mengatakan Korea Utara meremehkan skala sebenarnya dari penyebaran virus. Termasuk jumlah kematian yang sangat kecil.

Soal Flu Singapura, Menkes Singgung Virus Terus Berkembang

Sekitar 219.030 warga Korea Utara dengan gejala demam, telah diidentifikasi dalam 24 jam hingga pukul 06.00 sore.

Pada Jumat 20 Mei 2022, Korea Utara mengalami kenaikan harian kelima secara berturut-turut sekitar 200.000 kasus, menurut Kantor Berita Pusat Korea Utara.

Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Korea Utara telah mengumumkan ada lebih dari 2,4 juta orang jatuh sakit dan 66 orang meninggal sejak demam tak dikenal mulai menyebar dengan cepat pada akhir April 2022. Meski demikian, negara itu hanya dapat mengidentifikasi beberapa kasus tersebut sebagai COVID-19 karena kurangnya persediaan pengujian.

Setelah mempertahankan klaim yang meragukan selama 2 tahun lebih, mereka telah memblokir beberapa wilayahnya untuk menghentikan virus yang masuk ke Korea Utara. Namun hal tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Karena Korea Utara akhirnya mengakui infeksi virus varian Omicron pada Minggu lalu.

Di tengah kurangnya alat kesehatan masyarakat, Korea Utara telah memobilisasi lebih dari satu juta petugas kesehatan untuk menemukan orang yang demam dan mengisolasi mereka di fasilitas karantina.

Kim juga memberlakukan pembatasan ketat, pada perjalanan antar kota dan memobilisasi ribuan tentara untuk membantu pengangkutan obat-obatan ke apotek di Pyongyang yang menjadi pusat wabah tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya