80 Pelajar Indonesia Studi di AS Selama 10 Bulan, Ini Kisah Mereka

80 pelajar Indonesia ikut pertukaran pelajar ke AS berfoto bersama Dubes AS
Sumber :
  • VIVA/Natania Longdong

VIVA – 80 pelajar Indonesia yang mengikuti program KL-YES telah kembali ke Tanah Air. Program ini merupakan program pertukaran pelajar di mana siswa Indonesia dari berbagai daerah mengikuti program tersebut untuk diberangkatkan ke Amerika Serikat (AS).

LSM Asal AS ini Diduga Ikut Campur Tangan Pemilu di Banyak Negara

Dalam program yang berlangsung selama 10 bulan, setiap siswa berkesempatan untuk mengenyam pendidikan di AS. Dalam program yang dibiayai penuh oleh pemerintah AS ini diharapkan akan menambah pemahaman antara masyarakat AS dengan negara berpenduduk muslim yang signifikan.

Pelajar yang mengikuti program tersebut adalah siswa tingkat sekolah menengah atas (SMA) dan tinggal bersama keluarga Amerika Serikat. Selama belajar di AS, setiap siswa mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah maupun di masyarakat di AS selama 10 bulan.

Alasan Negara Arab Lebih Pilih Dukung Israel daripada Iran, Khawatir Perang Makin Luas

Siswa yang mendapatkan kesempatan untuk belajar di AS berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti Bengkulu, Kalimantan, Lampung, Palangkaraya, Jambi, Tanjung Selor, Manado, Kupang, Ternate, Palu, dan Jayapura.

“Ada begitu banyak teman dan guru di Amerika, saya harap itu menjadi keluarga anda juga. Dan anda bisa memberitahu mengenai Indomie dan berbicara mengenai negara kepulauan anda yang memiliki ribuan pulau,” kata Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y. Kim dalam sambutan Welcoming Event & Re-Orientasi Siswa YES Program 2021/2022, di Jakarta pada Jumat 10 Juni 2022.

Pasukan AS di Irak dan Suriah Kena Bombardir Roket Selama 24 Jam

Selain itu salah satu siswa yang mengikuti program tersebut bernama Giancarlo Samuel Uring mengatakan bahwa dia menikmati program tersebut. Saat berada di AS, Giancarlo berada di Washington State, Chehalis, di mana dia mempelajari mengenai perkebunan.

“Adaptasi saya cukup cepat, intinya koneksi kita bangun karena keterbukaan teman-teman. Komunikasi juga baik,” kata Giancarlo.

Dia juga menegaskan bahwa dia harus beradaptasi dengan lingkungan yang sangat berbeda dengan kebudayaan Indonesia, tetapi dia menekankan bahwa dia tetap membawa unsur Indonesia dan tidak menghilangkan jati dirinya sebagai representasi Indonesia.

Selain Giancarlo, siswa bernama Felicia Aldiyani yang juga mengikuti program tersebut menambahkan bahwa siapa pun akan bisa mengikuti program tersebut jika memiliki kemauan, impian dan tujuan.

“Kamu harus memiliki tujuan dalam hidupmu, apa yang mau kamu lakukan di masa depan. Intinya harus percaya diri pada diri sendiri, jujur. Karena saya pikir itu hal yang mendasar, tapi itu sangat membantu,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya