Inggris akan Bakar APD Tak Terpakai di Pandemi Nilainya Rp72 Triliun

Inggris akan bakar alat pelindung dan properti tak terpakai pada masa pandemi
Sumber :
  • AP Photo/Jon Super, FIle

VIVA – Pemerintah Inggris berencana untuk membakar  peralatan pelindung pribadi yang tidak dapat digunakan karena membelinya tergesa-gesa selama pandemi virus Corona, kata pengawas pengeluaran publik. Nilai barang yang belum terpakai itu ditaksir hingga miliaran pound.

Inggris, AS Berikan Sanksi pada Tokoh Militer Terkemuka Iran Usai Serangan Terhadap Israel

Gagasan membakar masker, APD, dan perlengkapan lainnya tidak membuat pengawas terkesan. Panel sedang menyelidiki bagaimana pemerintah menghabiskan US$ 5 miliar atau setara dengan Rp72,7 triliun untuk alat pelindung yang harus dibuang karena rusak atau tidak memenuhi standar Inggris.

Komite Akun Publik Parlemen mengatakan pemerintah berencana membuang 15.000 palet per bulan dari peralatan yang tidak bisa digunakan. Nantinya, melalui kombinasi daur ulang dan pembakaran akan menghasilkan listrik.

5 Negara yang Pasok Senjata Terbesar ke Israel untuk Lawan Iran, AS Jadi yang Terbesar

“Biaya dan dampak lingkungan dari pembuangan APD yang berlebih dan tidak dapat digunakan tidak jelas,” kata komite itu, dikutip dari AP, Jumat 10 Juni 2022.

Pat Cullen kepala eksekutif Royal College Nursing, sebuah badan profesional menuduh pemerintah menghasilkan miliaran pound dari hasil pembakaran tersebut.

Imam Masjid di Inggris Dilaporkan ke Polisi Gegara Izinkan Siswa Salat

Dalam sebuah laporan, komite menemukan bahwa Departemen Kesehatan kehilangan 75 persen dari 12 miliar pound yang dihabiskan untuk APD pada tahun pertama pandemi akibat kenaikan.

“Pemerintah menghamburkan uang dalam jumlah besar, membayar harga yang melambung tinggi dan pembayaran kepada perantara dengan terburu-buru, di mana mereka akhirnya membuangnya, kata anggota Parlemen Partai Buruh Oposisi Meg Hillier.
 

Ilustrasi belanja online.

Riset: Kebiasaan Belanja Orang Indonesia, Bandingin Harga di Situs Online dan Toko Offline

Riset ini menyebut produk fashion dan kecantikan, (masing-masing sebanyak 46%) dibeli secara online, sementara kebutuhan sehari-hari seperti makanan (34%) secara offline.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024