Youtuber Terkenal Korsel Rela Langgar Hukum Demi Berperang di Ukraina

Tentara Ukraina inspeksi area di Kiev yang kena serangan Rusia
Sumber :
  • AP Photo/Vadim Ghirda

VIVA – Seorang mantan tentara Navy SEAL Korea Selatan yang menjadi youtuber mau mempertaruhkan hidupnya untuk meninggalkan Seoul dan ikut berjuang untuk Ukraina. Dia mengatakan bahwa sikap diamnya akan menjadi kejahatan jika tidak membantu Ukraina secara konkret.

5 Negara Pemegang Hak Veto di PBB, Keputusan Internasional Ada di Tangan Mereka

Ken Rhee(pix) seorang mantan perwira perang khusus mendaftar di Kedutaan Besar Ukraina di Seoul saat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta sukarelawan global untuk bertempur di garis depan dekat Kyiv pada awal Maret lalu.

Padahal untuk sampai ke sana, dia harus melanggar hukum Korea Selatan. Seoul sebelumnya telah melarang warganya bepergian ke Ukraina. Sementara Rhee yang terluka karena jatuh saat memimpin patroli operasi khusus di Ukraina itu ditemui di oleh 15 petugas polisi di rumahnya setelah dia kembali ke Korea Selatan.

Rusia Makin Gencar Menyerang, AS Janji Secepatnya Akan Kirim Senjata ke Ukraina

Namun mantan tentara yang memiliki kanal YouTube dengan 700.000 pengikut dan mendokumentasikan banyak pengalaman Ukrainanya di akun Instagram itu mengatakan dia tidak menyesal pergi ke sana.

"Anda sedang berjalan di pantai dan bayangkan bila anda melihat tanda di tepi air yang mengatakan 'tidak boleh berenang' tetapi anda melihat seseorang tenggelam. Adalah kejahatan untuk tidak membantu. Begitulah cara saya melihatnya,” ujar Rhee dikutip dari The Sundaily, Senin 27 Juni 2022.

Houthi Tuding Arab Saudi hingga Rusia, China dan Iran Mulai Satukan Kekuatan

Rhee lahir di Korea Selatan namun dibesarkan di Amerika Serikat (AS).  Dia belajar di Institut Militer Virginia dan berencana untuk bergabung dengan US Navy SEAL tapi ayahnya yang seorang patriot meyakinkan putranya untuk kembali ke Korea Selatan untuk mendaftar militer.

Dia bertugas selama tujuh tahun, menjalani pelatihan SEAL AS dan Korea dan melakukan beberapa tugas di zona perang di Somalia dan Irak sebelum pergi untuk mendirikan konsultan pertahanan.

“Saya memiliki keahlian. Saya punya pengalaman. Saya berada dalam dua perang yang berbeda, dan pergi ke Ukraina, saya tahu saya dapat membantu,” katanya,seraya menambahkan bahwa dia memandang melanggar undang-undang paspor Korea Selatan untuk pergi adalah seperti dengan pelanggaran lalu lintas.

Reaksi di Korea Selatan di mana Rhee menjadi terkenal sebagai pelatih di serial YouTube populer Fake Men kemudian mencuat cepat. Banyak yang juga mengkritiknya.

“Itu instan. Orang-orang di Korea, mereka hanya mengkritik saya karena melanggar hukum,” kata Rhee.

Para pengkritiknya mengklaim bahwa keputusan pria berusia 38 tahun itu tidak bertanggung jawab secara pidana dan menunjuk posting-an rekaman perangnya di akun YouTube dan Instagram-nya hanya sebagai ajang pamer.

Namun Rhee mengatakan dia mencoba untuk tidak membiarkan kehebohan menimpanya. 

“Saya pikir cukup jelas siapa orang baik dan siapa orang jahatnya,” katanya tentang Rusia dan Ukraina.

Pada hari pertamanya di garis depan di Irpin, ia mengatakan bahwa ia menyaksikan kejahatan perang Rusia.

"Saya melihat seorang warga sipil tertembak. Dia mengemudi, dan mereka menembaknya melalui kaca depan dan dia meninggal di depan kami,” katanya.

“Itu seperti bukti pasti bahwa ada kejahatan perang yang terjadi. Itu mengingatkan saya dan rekan tim saya apa yang kami lakukan dan mengapa kami ada di sana,” katanya.

Dengan pengalaman pelatihan militernya, Rhee disuruh membentuk timnya sendiri. Jadi dia merekrut sukarelawan lain dengan pengalaman tempur dan membentuk kelompok operasi khusus multi-nasional.

“Saya sedang makan MRE Kanada. Pistol saya dari Republik Ceko. Saya memiliki rudal Javelin dari Amerika Serikat. Saya punya roket dari Jerman, tapi tidak ada yang dari Korea,” katanya.

Dia mencoba membawa kacamata night vision buatan Korea tetapi tidak diberi izin ekspor dari pemerintah. Seoul sendiri telah memberikan bantuan non-mematikan ke Kiev namun Rhee mengatakan mereka seharusnya bisa berbuat lebih banyak.

“Korea memiliki peralatan canggih dan sangat pandai membuat senjata,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya