Pengamat: Jokowi Bisa Jadi Alasan Rusia dan Ukraina Berhenti Berperang
- ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
VIVA – Kedatangan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) ke Ukraina dan Rusia dianggap hadir pada momen yang tepat. Pakar hukum internasional, Hikmahanto Juwana, mengatakan bahwa kunjungan Jokowi sangat tepat di saat kedua negara yang berkonflik sudah sama-sama lelah dengan perang yang ada.
“Masalahnya satu, bedanya ketika Israel, Turki, bahkan Sekjen PBB datang (ke Rusia) itu pada saat dua negara ini sedang panas-panasnya. Tapi ini kan sudah empat bulan (perang), momennya tepat,” katanya yang merujuk pada kedatangan Jokowi di Rusia dan Ukraina.
Seperti dikutip dari Apa Kabar Indonesia Pagi TvOne, Hikmahanto menambahkan bahwa kedatangan Presiden Indonesia bisa saja akan menghentikan ketegangan dan perang akan segera berakhir. Menurutnya, Indonesia bisa menjadi alasan Rusia untuk tidak melemparkan serangan ke negara tetangganya tersebut.
“Menurut saya, Rusia itu perlu diselamatkan mukanya. Jadi dengan kehadiran bapak Presiden Jokowi, Rusia punya alasan mengapa dia harus menghentikan serangannya, karena demi kepentingan yang lebih besar mengenai masalah pangan ini,” ujarnya.
“Mungkin nanti Rusia akan mengatakan bahwa ‘kami bisa memahami apa yang bisa menjadi perhatian dari Presiden Indonesia, bagaimana negara berkembang ini tidak terdampak, maka kami akan menghentikan serangan',”tambahnya.
Sebelumnya pada saat kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina, selama pembicaraan tersebut Jokowi dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membahas isu-isu utama dalam agenda global. Pertama-tama perhatian diberikan untuk mencabut blokade Rusia terhadap Pelabuhan Ukraina dan melanjutkan ekspor produk pertanian domestik secara penuh.
Selain itu, setelah bertemu Presiden Jokowi pada Kamis 30 Juni 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa negaranya siap untuk memenuhi sepenuhnya kebutuhan pupuk produsen pertanian dari negara sahabat.
Putin juga mengatakan kepada Jokowi bahwa pihaknya sama sekali tidak berniat untuk membuat kekhawatiran terhadap produksi pertanian. Sebaliknya, Putin justru menuduh negara-negara Barat yang mengacaukan produksi pertanian global dengan membatasi pasokan pupuk Rusia dan Belarusia.