Diklaim Anti Banjir, Ini 5 Fakta Kota Terapung di Korea Selatan

Kota terapung di Busan, Korea Selatan
Sumber :
  • Insider

VIVA Dunia – Kota Metropolitan Busan adalah kota terbesar kedua di Korea Selatan dan juga terdapat pelabuhan terbesar di negara itu. Sebagai kota pesisir, naiknya permukaan air laut akibat perubahan iklim mengancam eksistensinya.

Setelah 5 Tahun DAY6 Balik Lagi ke Jakarta Ikut Saranghaeyo Indonesia 2024

Sejalan dengan itu, Korea Selatan telah merilis sketsa resmi kota terapung yang diklaim anti banjir bernama Oceanix di markas besar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York. Rencananya kota terapung tersebut akan dibangun di Busan.

Kota terapung itu diketahui merupakan proyek kerja sama antara PBB, Pemerintah Kota Busan dan Oceanix. Dari sketsa yang dibuat ‘Kota terapung’ akan memiliki tiga platform terapung yang dihubungkan oleh jembatan laut.

Pelatih Korea Selatan Kritik Shin Tae-yong di Timnas Indonesia, Puji-puji Park Hang-seo

Mengenai informasi tersebut VIVA telah merangkum dari beberapa sumber terkait fakta menarik kota terapung yang kabarnya akan rampung pada tahun 2025 mendatang, berikut ulasannya:

Kota terapung di Busan, Korea Selatan

Photo :
  • Insider
Curhat Azizah Salsha Lebaran Tanpa Pratama Arhan di Korsel

5 Fakta kota terapung di Korea Selatan

1. Kota terapung pertama di dunia yang diklaim dapat memenuhi sendiri kebutuhan mereka tanpa bergantung dengan daratan.

Newsweek menyebutkan kota Oceanix merupakan kota terapung pertama di dunia yang berupaya menjadi infrastruktur anti banjir yang ikut menyesuaikan diri dengan kondisi permukaan air laut.

Jika terealisasi, kota tersebut diklaim dapat memenuhi sendiri kebutuhan pangan, energi dan air bersih. Ada semacam ruang di bagian bawah untuk menghasilkan makanan, tanaman untuk konsumsi ditumbuhkan dengan sistem yang canggih.

2. Memiliki luas 6,3 hektare

Jika selesai dibangun, kota terapung tersebut dikabarkan memiliki luas total 6,3 hektare yang diklaim dapat menampung kurang lebih 12.000 orang.

Dikutip CNN, Wali Kota Busan, Park Heong-joon mengatakan dengan perubahan kompleks yang dihadapi kota-kota pesisir, pihaknya membutuhkan visi baru yaitu manusia, alam, dan teknologi dapat hidup berdampingan.

3. Diklaim selesai pada 2025 kota ini memiliki ruang penyimpanan udara di dasarnya.

Mengutip Insider, Perusahaan pengembangan kota terapung Oceanix, dan perusahaan arsitektur Bjarke Ingels Group (BIG) dan Samoo Architects & Engineers, berada di belakang proyek ambisius yang didukung PBB ini.

Proyek kota terapung tersebut sudah diresmikan di Markas Besar PBB pada 26 April lalu dan diharapkan selesai pada 2025.

“Nantinya, di pulau ini akan tersedia ruang besar di hampir seperti ruang bawah tanah yang sebagian besarnya diisi udara untuk menahan berat bangunan di permukaan,” kata Daniel Sundlin, seorang mitra di BIG, mengatakan kepada Insider.

Kota terapung di Busan, Korea Selatan

Photo :
  • Insider

4. Anti banjir dan guncangan ombak

Ruang yang dipenuhi udara tersebut membuat kota itu diklaim anti banjir, “saat air naik maka akan mengapung, pondasinya juga akan beradaptasi dengan ketinggian air.” Lanjut Daniel

Danil mengklaim, ketika terjadi ombak yang sangat tinggi sekalipun penduduk yang berada di atasnya tidak akan merasakan getaran, ia menyebutnya seperti berada di darat.

Diketahui Busan memang merupakan kota pelabuhan yang sibuk sehingga banyak warga di sana ahli dan punya pengalaman tentang lautan untuk mendukung proyek ambisius ini.

5. Memiliki 3 platform yang memiliki kegunaan berbeda

Prototipe ini memiliki tiga platform yang masing-masing memiliki kegunaan khusus seperti perumahan, kehidupan sehari-hari, dan penelitian.

Platform perumahan akan menawarkan berbagai pilihan perumahan termasuk apartemen dan hotel.

Lingkungan di platform kehidupan sehari-hari akan mirip dengan jalan-jalan di Busan, dengan gang-gang kecil penjual makanan dan berbagai bisnis lokal.

Platform penelitian akan menjadi pusat penelitian maritim dan lingkungan, kata situs web Oceanix.

"Setiap platform akan memiliki paviliun mobilitas di mana Anda dapat beralih antara kendaraan berbasis darat dan berbasis air. Anda juga dapat berjalan kaki dari rumah Anda atau menggunakan perahu, kayak, atau feri untuk berpindah antar platform seiring pertumbuhan kota," pungkas Daniel Sunlin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya