WHO Ganti Nama Cacar Monyet Gara-gara Diskriminasi

Ilustrasi Cacar Monyet
Sumber :
  • VIVA/ Erick Christ Wibowo

VIVA Dunia – Saat ini, dunia tengah khawatir dengan penyakit yang melanda banyak negara, yaitu Monkeypox atau Cacar Monyet. Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah menetapkan bahwa penyakit Monkey Pox atau Cacar monyet menjadi Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau Penyakit Darurat Kesehatan Global pada Minggu, 27 Juli 2022 silam. 

WHO: Jika Pasien RS Al Shifa Gaza Tak Dievakuasi, Maka Akan Ada Lebih Banyak Kematian

Namun, baru-baru ini, melansir dari laman resmi WHO, mengutip Senin, 15 Agustus 2022, WHO secara resmi menggantinama Cacar Monyet atau Monkeypox menjadi Clades

Cacar monyet

Photo :
  • times of india
One Billion People Worldwide Living with Obesity, Study Says

Penggantian nama ini dikarenakan diskriminasi yang banyak dialami hewan monyet di beberapa negara. Virus cacar monyet pada awalnya dinamai seperti itu karena ditemukan pertama kali pada 1958 pada monyet yang sedang diteliti di salah satu laboratorium di Denmark.

Namun, kini nama tersebut dianggap sudah tidak relevan karena penularan virus tidak lagi akibat monyet.

Mantan Petinggi WHO: Produk Tembakau Alternatif Solusi Tekan Angka Perokok

"Penamaan virus yang baru diidentifikasi, penyakit terkait, maupun varian virus harus diberi nama dengan tujuan untuk menghindari pelanggaran terhadap kelompok budaya, sosial, nasional, regional, profesional, atau etnis dan meminimalkan dampak negatif pada perdagangan, perjalanan, pariwisata, dan kesejahteraan hewan," tulis WHO melalui laman websitenya. 

"Konsensus tercapai untuk menyebut penyakit asal Cekungan Congo (Afrika Tengah) sebagai Clade I dan penyakit yang di Afrika Barat menjadi Clade II," tulis pernyataan tersebut. Lebih jauh, WHO menjabarkan bahwa Clade II memiliki dua subvarian, yaitu Clade IIa dan Clade IIb. Varian yang belakangan tersebar masuk ke dalam kategori Clade IIb.

Monkeypox atau cacar monyet

Photo :
  • times of india

WHO ternyata sudah "menyiapkan" nama baru ini sejak Juni lalu. Saat itu, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan bahwa nama penyakit itu harus diganti agar tak memicu stigmatisasi buruk.

Tedros mengumumkan rencana ini setelah lebih dari 30 ilmuwan menyatakan bahwa diperlukannya "nomenklatur non-diskriminasi dan non-stigmatisasi untuk penyakit cacar monyet".

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya