Taliban Akan Beli Minyak Murah Rusia

Kilang minyak Rusia di Usinsk
Sumber :
  • AP Photo/Dmitry Lovetsky

VIVA Dunia – Pejabat Taliban dan Moskow sedang menyelesaikan kesepakatan yang akan memungkinkan penguasa Afghanistan itu untuk membeli bahan bakar yang sangat dibutuhkan, sambil membantu menopang ekonomi Rusia yang mendapat sanksi berat.

Bukan Hanya Palestina, Ini 9 Negara yang Belum Diakui Keanggotannya oleh PBB

Delegasi pejabat Taliban berada di Moskow untuk merundingkan kesepakatan dengan rekan-rekan Rusia mereka, untuk mengamankan impor gandum, gas dan minyak

Negosiasi terjadi saat Taliban berusaha mencairkan pembekuan diplomatik yang mengikuti pengambilalihan bersenjata mereka atas Afghanistan tahun lalu, dan ketika Rusia menghindari sanksi Barat karena invasinya ke Ukraina.

Pertama Kali, Ukraina Tembak Jatuh Pesawat Pengebom Rusia

Perang Rusia-Ukraina: Truk tentara Rusia terlihat di Ukraina Timur

Photo :
  • AP Photo

Sebuah sumber yang tidak disebutkan namanya, yang bekerja di kantor Menteri Perdagangan dan Industri Afghanistan mengatakan, kontrak tersebut diharapkan akan segera diselesaikan.

Daftar Negara Sekutu Iran yang Siap Bantu Jika Perang Terjadi, Ada China hingga Rusia

Afghanistan sudah mendapatkan sebagian besar makanan dan minyaknya dari Rusia. Perdagangan antara keduanya mencapai US$200 juta atau setara dengan Rp2,968 triliun per tahun.

Melansir dari Newsweek, Selasa, 30 Agustus 2022, menurut Kamar Dagang dan Investasi Afghanistan, Rusia juga sudah menawarkan gandum dan minyak yang lebih murah.

Ekspor minyak telah menjadi jalur kehidupan ekonomi utama bagi Rusia. Terlepas dari sanksi, Rusia melihat sekitar US$93 miliar atau Rp138,035 triliun pendapatan dari ekspor bahan bakar fosil selama 100 hari pertama invasi ke Ukraina.

Permintaan energi Rusia didorong terutama oleh China dan India. Selain itu, Jerman, Italia, Belanda, Prancis, dan Polandia juga membantu menjaga permintaan energi Rusia tetap tinggi meskipun ada sanksi.

Tidak ada pemerintah yang secara resmi mengakui pemerintah Taliban setelah kelompok Islam garis keras merebut kekuasaan, usai Amerika Serikat (AS) menarik kehadirannya tahun lalu. 

Tetapi Rusia, China, dan negara-negara lain yang bermusuhan dengan AS tetap membuka kedutaan mereka di ibu kota Afghanistan, Kabul. 

Dibebani dengan sanksi ekonomi yang parah sejak perang dimulai pada Februari, Rusia juga menjadi tuan rumah pembicaraan dengan pejabat perdagangan Taliban.

"Volume impor turun sedikit di bulan Mei, sekitar 15 persen dibandingkan dengan waktu sebelum invasi karena banyak negara dan perusahaan menghindari pasokan Rusia," kata laporan itu.

Menurut data pusat tersebut, berkurangnya permintaan dan harga yang lebih rendah untuk minyak Rusia merugikan negara itu sekitar US$200 juta atau Rp2,968 triliun per hari di bulan Mei.

Tetapi meningkatnya permintaan bahan bakar fosil secara global berarti harga ekspor rata-rata Rusia tetap 60 persen lebih tinggi dari tahun lalu.

Nooruddin Azizi, penjabat menteri Perdagangan dan Industri Taliban, mengatakan kepada TOLO News bahwa sebagian besar bank Afghanistan dan Rusia tetap berada di bawah sanksi, yang berarti negara ketiga akan memfasilitasi pertukaran uang.

“Beberapa tim teknis kami masih di Rusia dan mereka ingin mengerjakan detailnya, seperti transfer uang apa yang mungkin kami miliki,” kata Azizi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya