Rusia dan China Latihan Militer, Unjuk Kekuatan ke Amerika

VIVA Militer: Latihan perang gabungan Rusia dan China Operasi Kaukasus 2020
Sumber :
  • CDA Institute

VIVA Dunia – Rusia pada Kamis, 1 September 2022, meluncurkan latihan perang selama seminggu bersama dengan pasukan dari China dan negara-negara lain dalam menunjukkan kerja sama pertahanan yang berkembang antara Moskow dan Beijing karena mereka berdua menghadapi ketegangan dengan Amerika Serikat (AS).

Mobil Listrik Toyota bZ3C dan bZ3X Resmi Meluncur, Begini Tampilannya

Manuver juga dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Moskow memiliki kekuatan militer yang cukup untuk latihan besar-besaran, bahkan ketika pasukannya terlibat dalam aksi militer di Ukraina.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa latihan Vostok 2022 (Timur 2022) akan diadakan hingga 7 September di tujuh lapangan tembak di Timur Jauh Rusia dan Laut Jepang. Latihan ini melibatkan lebih dari 50.000 tentara dan lebih dari 5.000 unit senjata, termasuk 140 pesawat dan  60 kapal perang.

Joe Biden Sahkan Undang-undang yang Membuat Tiktok Terancam Diblokir

VIVA Militer: Pasukan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA)

Photo :
  • newsweek.com

Kepala Staf Umum Rusia, Jenderal Valery Gerasimov, secara pribadi akan mengawasi latihan yang akan melibatkan pasukan dari beberapa negara bekas Soviet yakni, China, India, Laos, Mongolia, Nikaragua dan Suriah.

Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II

Kementerian Pertahanan mencatat bahwa sebagai bagian dari manuver, angkatan laut Rusia dan China di Laut Jepang akan mempraktikkan tindakan bersama untuk melindungi komunikasi laut, bidang kegiatan ekonomi laut dan dukungan untuk pasukan darat di daerah pesisir.

Latihan tersebut menunjukkan peningkatan hubungan pertahanan antara Moskow dan Beijing, yang telah tumbuh lebih kuat sejak Presiden Rusia Vladimir Putin, dan mengirim pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu. China juga dengan tegas menolak untuk mengkritik tindakan Rusia, dan malah menyalahkan AS dan NATO karena memprovokasi Moskow, serta mengecam sanksi hukuman yang dijatuhkan pada Moskow.

Rusia, pada gilirannya, sangat mendukung China di tengah ketegangan dengan AS yang menyusul kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi baru-baru ini ke Taiwan. Presiden Rusia Vladimir Putin telah menarik kesejajaran antara dukungan AS untuk Ukraina dan perjalanan Pelosi, dia menggambarkan keduanya sebagai bagian dari dugaan upaya Washington untuk memicu ketidakstabilan global.

Kekuatan untuk menekan Amerika

VIVA Militer: Pasukan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA)

Photo :
  • cnbc.com

Alexander Gabuyev, seorang analis politik yang mengikuti hubungan Rusia-China, mencatat bahwa sangat penting bagi Beijing untuk menunjukkan kepada AS bahwa ia memiliki kekuatan untuk menekan Amerika dan kepentingan globalnya.

“Manuver bersama dengan Moskow, termasuk latihan angkatan laut, dimaksudkan untuk memberi sinyal bahwa jika tekanan terhadap Beijing terus berlanjut, tidak ada pilihan lain selain memperkuat kemitraan militer dengan Rusia,” kata Gabuyev, dikutip dari AP, Kamis, 1 September 2022.

“Ini akan berdampak langsung pada kepentingan AS dan sekutunya, termasuk Jepang.”

Dia mencatat bahwa Kremlin ingin menunjukkan bahwa militer negara itu cukup kuat untuk melenturkan ototnya di tempat lain meskipun ada invasi di Ukraina. "Kepemimpinan Rusia menunjukkan bahwa semuanya berjalan sesuai rencana dan negara, serta militernya memiliki sumber daya untuk melakukan manuver bersama dengan operasi militer khusus,” ujar Gabuyev.

Latihan tersebut melanjutkan serangkaian latihan perang bersama oleh Rusia dan China dalam beberapa tahun terakhir, termasuk latihan angkatan laut dan patroli oleh pesawat pengebom jarak jauh di atas Laut Jepang dan Laut China Timur. Tahun lalu, pasukan Rusia untuk pertama kalinya dikerahkan ke wilayah China untuk manuver bersama.

Partisipasi China dalam latihan bertujuan untuk memperdalam kerja sama pragmatis dan bersahabat antara militer negara-negara yang berpartisipasi, serta meningkatkan tingkat kerja sama strategis di antara semua pihak yang berpartisipasi, dan meningkatkan kemampuan untuk bersama-sama menanggapi berbagai ancaman keamanan,” tutur juru bicara Kementerian Pertahanan China Kolonel  Kata Tan Kefei minggu lalu.

Putin dan Presiden China Xi Jinping telah mengembangkan ikatan pribadi yang kuat untuk meningkatkan kemitraan strategis antara mantan saingan komunis karena keduanya terkunci dalam persaingan dengan AS. Meskipun Moskow dan Beijing di masa lalu menolak kemungkinan membentuk aliansi militer, Putin mengatakan bahwa prospek seperti itu tidak dapat dikesampingkan.

Dia juga telah mencatat bahwa Rusia telah berbagi teknologi militer yang sangat sensitif dengan China yang membantu secara signifikan meningkatkan kemampuan pertahanannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya