PBB Sebut Perang Ukraina masih Jauh dari Proses Perdamaian

Sekretaris Jenderal Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB Antonio Guterres
Sumber :
  • ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Afriadi Hikmal

VIVA Dunia – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres mengungkapkan hasil pembicaraannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait perang di Ukraina hingga ekspor gandum dan pupuk.

Rusia Makin Gencar Menyerang, AS Janji Secepatnya Akan Kirim Senjata ke Ukraina

Guterres mengatakan bahwa prospek perdamaian di Ukraina saat ini masih terbilang jauh. Hal ini dikatakan Guterres saat dia menyelesaikan percakapannya pada Rabu, 14 September 2022, dengan Putin melalui telepon.

Aksi protes atas perang Ukraina di negara-negara lain seperti di AS

Photo :
  • Associated Press
Demi Alasan Keamanan, Polandia Siap Tampung Senjata Nuklir NATO

"Saya merasa kita masih jauh dari perdamaian," kata Guterres dalam konferensi pers dikutip dari NDTV, Kamis, 15 September 2022.

"Saya tidak punya ilusi, tapi pada saat ini peluang kesepakatan damai sangat minim."

Dapat Duit Rp989 Triliun dari AS, Presiden Ukraina Langsung Tulis di Sosmed: Terima Kasih AS

Dia juga menambahkan bahkan gencatan senjata saja tidak terlihat hasilnya dengan jelas.

Terlepas dari penilaiannya yang suram tentang perang yang telah berkecamuk sejak Rusia menginvasi tetangganya pada akhir Februari, Guterres menekankan bahwa dia mempertahankan kontak dengan kedua belah pihak dan menyatakan harapan bahwa suatu hari kedua negara mungkin bisa lakukan pembicaraan damai lebih maju.

Sementara itu pembicaraan Guterres dengan Putin masih berlanjut tentang ekspor Rusia.

Guterres mengatakan bahwa mereka membahas inisiatif ekspor dan kemungkinan perluasannya.

Perjanjian dua bagian yang memungkinkan aliran ekspor biji-bijian Ukraina terhalang oleh perang dan ekspor makanan serta pupuk Rusia, dapat ditengahi oleh PBB dan Turki pada Juli dan dijadwalkan berlangsung 120 hari.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menhan Rusia Sergei Shoigu

Photo :
  • Mikhail Metzel, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP

Sementara sekitar tiga juta ton biji-bijian telah diizinkan dikirimi dari Ukraina dan Rusia juga mengatakan ekspor bahan makanan dan pupuknya sendiri terus diktekan di bawah sanksi Barat, yang menargetkan Moskow atas serangan militernya.

"Ada beberapa ekspor makanan dan pupuk Rusia tetapi jauh lebih rendah dari apa yang diinginkan dan dibutuhkan," kata Guterres seraya menambahkan ada diskusi tentang kemungkinan ekspor amonia Rusia melalui Laut Hitam.

Amonia bahan utama pupuk diproduksi dengan menggabungkan nitrogen dari udara dengan hidrogen yang berasal dari gas alam. Beberapa produsen pupuk Eropa telah berhenti memproduksi amonia karena melonjaknya harga gas.

Guterres memperingatkan krisis pupuk telah mencapai tingkat yang dramatis dan mengulangi ketakutannya akan kekurangan pangan global tahun depan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya