Publik Inggris Kritik Cepatnya Gelar Pangeran Wales untuk William
- AP Photo/Kirsty Wigglesworth
VIVA Dunia – Dalam pidato televisi pertamanya sehari setelah mangkatnya Ratu Elizabeth II, Raja Charles III menyatakan bahwa Pangeran William dan istrinya Catherine atau Kate kan menjadi pangeran dan putri baru Wales. Pangeran Wales merujuk pada Putra Mahkota yang akan mewarisi tahta kerajaan selanjutnya.
Cepatnya waktu penunjukan tersebut mencerminkan keinginan kerajaan untuk secara lahiriah memproyeksikan stabilitas dan kesinambungan setelah kematian Ratu Elizabeth II.
Meski demikian penunjukan William dan istrinya sebagai Pangeran dan Putri Wales justru tidak diketahui oleh Mark Drakeford, Menteri pertama Wales.
Melansir dari NDTV, Jumat, 16 September 2022, penunjukan yang terlalu cepat ini memicu reaksi negatif dari publik namun Pangeran William berjanji untuk melayani rakyat Wales.
Mantan pemimpin Plaid Cymru Lord Elis-Thomas mengatakan perlunya memikirkan untuk melanjutkan gelar sebagai pangeran dan putri Wales.
Selain itu, petisi untuk membatalkan gelar baru Pangeran William bersama istrinya telah mengumpulkan 25.000 tanda tangan hanya dalam beberapa hari setelah penunjukan tiba-tiba dari Raja Charles III.
Para kritikus menyebut bahwa keputusan terburu-buru Charles dianggap tidak menghormati Wales dan merendahkan status Wales sebagai negara dan bangsa dengan haknya sendiri.
Gelar tywysog cymru atau pangeran Wales adalah gelar bersejarah yang awalnya dipegang oleh raja-raja dan pangeran-pangeran asli Wales sebelum abad ke-12 yang sebagian besar, memerintah dari Gwynedd di barat laut Wales.
Setelah penaklukan Wales (1277-1283), Edward I pindah untuk mengkonsolidasikan posisi mahkota Inggris di Wales dan menyatakan putranya Edward dari Caenarfon menjadi pangeran Inggris pertama Wales.
Sejak itu gelar tersebut diberikan kepada pewaris tahta Inggris. Dahulu penunjukan Charles sebagai pangeran Wales juga tidak secepat William. Mantan suami Putri Diana itu ditunjuk sebagai Pangeran Wales ketika dia berusia sembilan tahun pada tahun 1958 dan itu sekitar enam tahun setelah pemerintahan Ratu Elizabeth II sang ibunda dimulai.