Di Sidang Umum PBB, Menlu Retno Bicara Soal Perang dan Krisis

Menlu Retno Marsudi di Pertemuan Menteri Luar Negeri Gerakan Non-Blok, New York
Sumber :
  • ANTARA/HO-Kemenlu RI

VIVA Dunia – Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi berbicara di Sidang Umum PBB, pada Senin, 26 September 2022, mengenai isu global. Dalam pidatonya, Retno menjelaskan bahwa banyak pemimpin yang telah berbicara dalam sidang tersebut selama beberapa hari terakhir. Mereka berbagi keprihatinan yang sama.

Kondisi Tragis di Gaza, FYP Minta Yordania-Mesir Buka Perbatasan untuk Bantuan Kemanusiaan

"Keadaan dunia kita saat ini sangat mengkhawatirkan. Pandemi terus berlanjut dan ekonomi global tetap lesu," kata Retno dalam pidatonya di PBB, Senin, 26 September 2022.

Dia juga menambahkan bahwa perang antarnegara bukan lagi sebuah kemungkinan tetapi telah menjadi kenyataan. Pelanggaran hukum internasional telah menjadi norma dalam mengejar kepentingan pribadi yang sempit.

Pelapor PBB Ungkap Serangkaian Kejahatan Perang di Gaza yang Belum Pernah Terjadi Sebelumnya

VIVA Militer: Pasukan militer Ukraina dalam pertempuran di wilayah Kherson

Photo :
  • pravda.com.ua

Krisis demi krisis sedang berlangsung di seluruh dunia, termasuk perubahan iklim, kenaikan inflasi, kekurangan pangan dan energi, kata Retno, dikutip dari rilis Kementerian Luar Negeri RI, Pada Senin, 26 September 2022.

Meutya Hafid: Jika Resolusi DK PBB Tidak Dipedulikan Israel, PBB Harus Segera Bertindak

Retno melanjutkan, sejarah telah mengajarkan kita bahwa fenomena ini dapat menyebabkan perang besar.

Dia memberi contoh bagaimana periode menjelang Perang Dunia II saat itu. Depresi besar, kebangkitan ultra nasionalisme, persaingan atas sumber daya dan persaingan antara negara besar berlangsung kala itu.

"Ini sangat mirip dengan apa yang kita hadapi hari ini. Jelas, kami telah menangani tantangan ini dengan cara yang salah. Kami telah terpecah bukan bersatu. Kami telah bekerja secara individu bukan kolektif. Kami telah berfokus pada kata-kata daripada perbuatan," tuturnya. 

Dalam pidatonya, Retno menawarkan paradigma baru. Paradigma win-win bukan zero-sum. Paradigma keterlibatan bukan penahanan. Paradigma kolaborasi bukan kompetisi.

"Ini adalah solusi transformatif yang kita butuhkan," tungkasnya.

Retno menyebut bahwa paradigma baru ini menghidupkan kembali semangat perdamaian. Dia juga menyinggung bagaimana semangat perdamaian sudah lebih dulu dijalankan oleh Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), yang melakukan misi ke Kyiv dan Moskow pada Juni lalu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya