India Larang Organisasi Basis Islam Beroperasi, Alasan Terorisme
- AP Photo/ R S Iyer
VIVA Dunia – Pemerintah India melarang dan membekukan organisasi Muslim yakni Islam Popular Front of India (PFI) dan menuduh bahwa organisasi itu telah mendanai kegiatan teroris. India juga menyebut PFI memberikan pelatihan bersenjata kepada para pendukungnya dan meradikalisasi orang untuk kegiatan anti-India.
Larangan itu menyusul penangkapan dan penahanan hampir 200 anggota Front Populer India dan penggerebekan di kantornya bulan ini.
Seorang pengacara untuk PFI menolak tuduhan tersebut dan menuduh lembaga investigasi memalsukan bukti dan menargetkan kelompok Muslim itu.
Muslim terdiri lebih dari 14 persen dari hampir 1,4 miliar penduduk India. Ketegangan antara Muslim dan Hindu telah meningkat dan para kritikus mengatakan bahwa Perdana Menteri India Narendra Modi dikaitkan dengan agenda nasionalis Hindu.
Pemerintah menuduh PFI memiliki hubungan dengan Gerakan Pelajar Islam India yang dilarang, Jamat-ul-Mujahidin Bangladesh dan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
“PFI dan rekan-rekannya beroperasi secara terbuka sebagai organisasi sosial-ekonomi, pendidikan dan politik tetapi mereka telah mengejar agenda rahasia untuk meradikalisasi bagian tertentu dari masyarakat,” kata pemerintah India dikutip dari AP, Rabu, 28 September 2022.
Kelompok ini muncul pada tahun 2006 untuk melawan kelompok-kelompok nasionalis Hindu dengan bergabungnya Forum Karnataka untuk Martabat dan Front Pembangunan Nasional.
Mohammed Tahir, penasihat PFI mengatakan, pemerintah gagal menunjukkan bukti organisasi menerima uang dari luar dan mendanai kegiatan teror di India dengan mengorganisir kerusuhan di kota-kota dan serangan terhadap organisasi Hindu dan para pemimpinnya.
Kejahatan kekerasan disebut dilakukan oleh PFI selama bertahun-tahun. Otoritas India menyebutkan antara lain, pemotongan tangan seorang profesor perguruan tinggi, pembunuhan orang-orang yang terkait dengan organisasi keagamaan lain, mendukung kelompok Negara Islam dan perusakan properti. Hal itu disampaikan Badan Investigasi Nasional India.
Tindakan kekerasan ini memiliki efek demonstratif dari teror yang menyerang di benak warga, katanya dalam sebuah pernyataan.
Sementara para pengkritik Modi mengatakan bahwa terpilihnya kembali Partai Bharatiya Janata pada tahun 2019, telah mendorong kementerian dalam negeri dan badan-badan investigasi untuk menyatakan individu teroris hanya berdasarkan tuduhan.