Protes Besar-Besaran, Prancis Desak Warganya Tinggalkan Iran

Aksi pembakaran yang dilakukan oleh massa demo antihijab di Iran
Sumber :
  • AP Photo

VIVA Dunia - Prancis mendesak semua warga negaranya yang tinggal di Iran untuk meninggalkan negara Islam itu sesegera mungkin. Pemerintah Prancis juga memperingatkan bahwa warganya berisiko ditangkap, ditahan sewenang-wenang dari pengadilan yang tidak adil.

Terpopuler: Negara Tanpa Malam hingga Olahraga Ringan Setelah Lebaran

Hadapi Resiko Penangkapan

Kementerian Luar Negeri Prancis dalam pembaruan di situs webnya, pada Jumat, 7 Oktober 2022, memperingatkan bahwa semua pengunjung Prancis, termasuk warga negara ganda, akan menghadapi resiko tinggi penangkapan, penahanan sewenang-wenang, dan pengadilan yang tidak adil.

Terpopuler: Deretan Negara Bantu Israel, Pendeta Gilbert Dilarang ke Makassar hingga Iran Diserang

Kementerian Luar Negeri juga memperingatkan bahwa dalam kasus penangkapan atau penahanan, "penghormatan terhadap hak-hak dasar dan keamanan orang tersebut tidak dijamin."

Minta Iran Bebaskan Dua Warga

Bukan Hanya Palestina, Ini 9 Negara yang Belum Diakui Keanggotannya oleh PBB

Sebelumnya pada hari Jumat, Kementerian Luar Negeri Prancis meminta Iran untuk membebaskan dua warga negaranya, yang ditahan oleh pemerintah Iran karena diduga warga Prancis itu adalah seorang intelijen.

Unjuk rasa di Iran, massa potong rambut dan membakar kerudung

Photo :
  • Twitter via CNN International

Penangkapan tersebut direkam, dan dipublikasikan oleh media pemerintah Iran. Video bergaya dokumenter yang banyak diedit yang diterbitkan pada hari Kamis di kantor berita IRNA yang dikelola negara Iran menunjukkan dua warga negara Prancis, Cecile Kohler dan Jacques Paris, yang mengaku bekerja untuk dinas intelijen asing Prancis, DGSE.

Berbicara dalam bahasa Prancis, Kohler mengatakan dalam video, "Kami berada di Iran untuk mempersiapkan kondisi bagi revolusi di Iran dan penggulingan rezim Islam Iran."

Paris muncul dalam video secara terpisah dan mengatakan, tujuan DGSE, adalah untuk menekan pemerintah Iran.

Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa dugaan pengakuan tidak memiliki dasar apa pun dan mereka mengklaim bahwa para tahanan berbicara di bawah tekanan.

"Ms. Cecile Kohler dan Mr. Jacques Paris telah ditahan secara sewenang-wenang di Iran sejak Mei 2022, dan dengan demikian adalah sandera negara. Prancis mengulangi permintaannya untuk pembebasan mereka segera," kata Kementerian Luar Negeri Prancis.

"Video dugaan pengakuan mereka tidak bermartabat, menjijikkan, tidak dapat diterima dan bertentangan dengan hukum internasional. Penyamaran ini mengungkapkan penghinaan terhadap martabat manusia yang menjadi ciri otoritas Iran. Pengakuan yang diduga diambil di bawah paksaan ini tidak memiliki dasar apa pun, lebih dari alasan yang diberikan untuk penangkapan sewenang-wenang mereka," lanjut pernyataan itu.

Prancis telah menegaskan kembali permintaannya untuk segera membebaskan Kohler dan Paris sesuai dengan kewajiban internasional Iran di bawah Konvensi Wina 24 April 1963.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya