Semakin Mendunia, Ahli Botani Jepang Jual Jamu Tradisional Indonesia

Berbagai jamu tradisional Indonesia yang dijual oleh Naofumi Nomura.
Sumber :
  • ANTARA/ Juwita Trisna Rahayu.

VIVA Dunia –  Ahli botani dan ekologi tumbuhan asal Jepang Naofumi Nomura membuat dan menjual jamu tradisional Indonesia sejak 2014.

Verrell Bramasta Pamer Momen Liburan ke Jepang, Boyong Ibunda Usai Lebaran

“Dulu saya belajar botani di Jepang dan saya belajar botani di hutan Indonesia, dari situ saya mulai tahu bahan-bahan jamu,” kata Naofumi saat ditemui di Fujisawa, Selasa 11 Oktober 2022.

Dia menuturkan tujuan membuat dan menjual jamu adalah untuk mengenalkan minuman herbal asal Indonesia itu sebagai alternatif obat tradisional. “Di Jepang itu adanya obat China saja, obat China dan obat Jawa itu berbeda, jadi saya mau kasih tahu ke orang Jepang,” katanya.

Pencarian Perawatan Kesehatan Global, Memahami Perspektif dan Tren Masyarakat Indonesia

Menurut Naofumi, jamu sangat berkhasiat untuk kesehatan, termasuk dalam mengobati penyakit.

Ahli botani dan ekologi tumbuhan asal Jepang Naofumi Nomura menjual jamu tradisional Indonesia.

Photo :
  • ANTARA/ Juwita Trisna Rahayu.

Honda Siapkan Fasilitas Produksi Mobil Listrik

Pria yang meraih gelar Ph.D dari Universitas Kyoto itu menuturkan bahwa saat ini orang-orang Jepang hidup di lingkungan yang lebih hangat daripada masa lampau karena perubahan cuaca dan pengaruh teknologi, seperti pendingin atau penghangat ruangan.

Karena itu, ia ingin membuat jamu dikenal di Jepang guna menjaga kesehatan masyarakat Jepang. Jamu-jamu dengan merek “Tetes Manis” itu di antaranya kunyit asam, beras kencur, temulawak, pegagan, campuran dan jamu set.

Satu kemasan kantong (pouch) kecil jamu yang berisi 100 ml dibandrol mulai dari 650 yen (Rp70.000) hingga 800 yen (Rp85.000). Dia mengaku berkomitmen tidak menggunakan bahan kering untuk membuat jamu, tetapi memakai bahan yang segar langsung diimpor dari Indonesia.

“Saya selalu menjaga resep tradisional jamu Indonesia, jadi saya tidak pakai bahan-bahan kering. Saya pakai jahe, temulawak yang segar,” kata pria yang sempat tinggal di Solo, Jawa Tengah, untuk mendalami jamu itu.

Naofumi juga mengaku selalu merasakan dan mengecek terlebih dahulu rasa dan kualitas jamu yang ia buat sebelum dijual. Untuk cita rasa jamu, lanjut dia, lebih disesuaikan kepada selera orang Jepang pada umumnya yang lebih menyukai rasa manis.

“Karena saya orang Jepang, jamunya sedikit lebih manis daripada jamu Indonesia, karena orang-orang Jepang terbiasa makanan camilan manis dan rasa manis ini bisa diterima oleh mereka,” katanya.

Ilustrasi jamu.

Photo :
  • pixabay/Ajale

Ke depannya, Naofumi berharap bisa mendirikan pabrik jamu di Indonesia yang bisa mengekspor jamu ke Jepang. Dia mengaku tidak tertarik untuk berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan jamu yang sudah tersohor di Indonesia karena mereka menggunakan bahan-bahan dan menjual jamu kering atau bubuk.

“Saya ingin membuat jamu yang segar, jadi di masa yang akan datang saya ingin mengenalkan jamu gendong ke orang-orang Jepang,” katanya.

Saat ini, Naofumi masih menjual produk jamu di sebuah toko di Tokyo dan belum berminat untuk menjual secara daring. (Ant/Antara)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya