Para Dokter Mengambil Risiko Merawat Para Demonstran Iran yang Terluka

Demonstrasi besar antihijab di Iran usai kematian Mahsa Amini
Sumber :
  • AP Photo

VIVA Dunia – Seorang dokter di rumah sakit Iran, bernama Arash, mengambil risiko merawat para demonstran yang terluka selama unjuk rasa menentang pemerintah Iran, meski harus mempertaruhkan nyawa. Namun, tindakan mulianya itu terganggu oleh para petugas penegak hukum Iran yang menyamar.

Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri, Rumah Sakit di Indonesia Kini Dibuat Layaknya Hotel Bintang 5

Arash mengatakan para petugas penegak hukum sering mengunjungi ruang gawat darurat rumah sakit umum tempat dia bekerja sebagai dokter umum untuk mencari orang yang terluka dalam protes yang melanda negara itu, sejak Mahsa Amini meninggal dalam tahanan polisi moral setelah dituduh melanggar aturan berpakaian Iran.

Arash melakukan yang terbaik untuk menggagalkan petugas yang menyamar, memberikan nama palsu untuk orang-orang yang dia tangani atau terkadang menolak untuk membantu. Dia termasuk di antara para dokter dan petugas medis Iran yang mempertaruhkan kebebasan mereka sendiri dan mungkin dengan nyawa mereka untuk membantu para pengunjuk rasa, baik dengan merawat mereka atau menutupi luka mereka.

Delegasi Korea Utara Kunjungi Iran, Isu Kerjasama Semakin Kuat

Ilustrasi dokter

Photo :
  • U-Report

Melansir dari CNN, Jumat, 21 Oktober 2022, dengan adanya otoritas Iran, maka semakin berat upaya mereka (para dokter) untuk membantu pemprotes, yang membutuhkan bantuan medis. Sulit untuk mengetahui secara pasti berapa banyak pengunjuk rasa yang terbunuh atau terluka sejak kematian Amini pada bulan September, karena berbagai kelompok memberikan perkiraan yang berbeda.

Jika Perang Dunia ke-3 Pecah, Benarkah akan Jadi Perang Akhir Zaman Jelang Kiamat?

Hak Asasi Manusia Iran, yang berbasis di Norwegia, memperkirakan bahwa setidaknya 201 pengunjuk rasa telah meninggal karena luka-luka yang diderita dalam bentrokan dengan lembaga penegak hukum. Sedangkan media yang berafiliasi dengan pemerintah Iran mengatakan jumlah korban hingga akhir September adalah 60 orang.

Rumah sakit tempat Arash bekerja hanya merawat sebagian kecil dari mereka yang terluka. Dia mengatakan bahwa dia melihat gelombang orang yang datang untuk perawatan setiap kali protes berlangsung, baik pengunjuk rasa asli dan polisi yang menyamar untuk mencari cedera yang mungkin disebabkan oleh rekan mereka sendiri.

Ketika dia tidak bekerja di rumah sakit, Arash pergi ke protes untuk memberikan pertolongan pertama, terlepas dari risiko keselamatannya sendiri. "Hati nurani saya tidak tahan untuk tidak melakukan apa pun untuk membantu rekan-rekan saya," kata Arash.

CNN setuju untuk menggunakan nama samaran untuk melindungi identitasnya, karena dia takut akan pembalasan dari pemerintah. Dia dan petugas medis lain melakukan yang terbaik untuk mengobati luka ringan di tempat bentrokan terjadi. Tetapi dalam kasus yang lebih parah, dia berkata, "Kami mencoba untuk tidak membiarkan mereka mati dan kemudian kami memindahkan mereka ke rumah sakit sebagai keadaan darurat."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya