CPOPC Siap Kerja Sama Dengan G20 Bangun Aliansi Minyak Nabati yang Berkelanjutan

Sustainable Vegetable Oils Conference yang diselenggarakan Kamis 3 November 2022
Sumber :
  • Istimewa.

VIVA Dunia – Rantai pasok minyak nabati telah terbukti tangguh dalam menghadapi tiga keadaan darurat berturut-turut yang terjadi selama tiga tahun terakhir, yakni pandemi, gangguan pada rantai pasok, dampak konflik di Ukraina, serta krisis iklim dengan periode kekeringan yang berkepanjangan. 

7 Negara dengan Populasi Pedesaan Terbesar di Dunia, Indonesia Nomor 4

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa, harga minyak nabati naik hingga hampir 250 persen dari harga standar, sehingga menyebabkan guncangan di seluruh ekonomi pangan global.

Berbagai tantangan yang melibatkan rantai produksi global minyak nabati, dan solusi potensial merupakan inti pembahasan dari G20 “Sustainable Vegetable Oils Conference” yang diselenggarakan hari ini, 3 November 2022, di Bali oleh Pemerintah Indonesia dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDPKS), Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), seperti dikutip dari keterangan tertulisnya. 

BPBD Assessment Pergerakan Tanah di Purwakarta

Minyak sayur, minyak goreng, minyak nabati

Photo :
  • Pixabay/ RitaE

Konferensi ini diadakan untuk mendukung G20, dan berkaitan erat dengan Agenda Presidensi Indonesia di G20 dalam memperkuat kerja sama isu ketahanan pangan global dan sistem pertanian berkelanjutan. Untuk pertama kalinya, para pemangku kepentingan minyak nabati global terkemuka akan bertemu dalam konteks G20 untuk membahas tantangan saat ini, dan dengan tujuan memperkuat ketahanan dan keberlanjutan rantai produksi. 

Krisis Energi, Presiden Ekuador Umumkan Keadaan Darurat

Para menteri pertanian dan komoditas dari negara-negara produsen utama (Cina, India, Rusia, Ukraina, serta Indonesia dan Malaysia), perwakilan organisasi internasional (yakni, Organisasi Pangan dan Pertanian, Program Pangan Dunia, dan Organisasi Perdagangan Dunia) dan perusahaan multinasional besar, serta para petani, petani kecil, dan LSM membahas tantangan-tantangan saat ini, dengan tujuan memperkuat ketahanan dan keberlanjutan rantai produksi. 

Momen ini akan menjadi kesempatan untuk berbagi mengenai potensi dan best practice, serta kesulitan dan bidang-bidang kritis yang akan ditangani oleh G20.

Memastikan ketersediaan dan keterjangkauan komoditas

Menko Ekonomi Airlangga Hartarto.

Photo :
  • M Yudha P/VIVA.co.id

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan kembali pentingnya memastikan ketersediaan, aksesibilitas, dan keterjangkauan komoditas pertanian di pasar global, termasuk minyak nabati. 

"Kita perlu bergerak cepat dan tegas untuk bekerja sama dalam menghadapi isu-isu struktural pasar yang dapat memberikan dampak buruk", tutur Airlangga. 

"Indonesia siap bekerja sama dengan pihak lain untuk memastikan bahwa kita semua berjalan dengan langkah yang sama dan adil dalam upaya global untuk mengatasi ancaman kelaparan dan kekurangan gizi saat ini," ujar Airlangga.

Indonesia dan Malaysia merupakan pemimpin dalam produksi minyak nabati, terutama minyak kelapa sawit di dunia. Ketahanan pangan puluhan negara dan miliaran orang bergantung pada ekspor Indonesia. Dengan acara ini, pemerintah Indonesia berniat untuk menunjukkan kemampuannya dalam memandu berbagai rantai pasokan dan negara produsen menuju stabilitas ekonomi, lingkungan dan sosial.

Selama sepuluh tahun terakhir, Indonesia dan Malaysia telah menjadi investor utama dalam proyek-proyek yang bertujuan untuk menjaga keanekaragaman hayati, dan memulihkan sumber daya hutan. Komitmen untuk menyelenggarakan konferensi ini selama G20 harus bertindak sebagai pendorong bagi industri global, dan negara-negara produsen, terutama bagi puluhan juta petani kecil yang, melalui upaya mereka, berkontribusi untuk menjamin energi bagi dunia secara keseluruhan.

Sekretaris Jen deral CPOPC Rizal Affandi Lukman menegaskan bahwa minyak sawit merupakan minyak nabati yang paling terjangkau dan efisien. Oleh karena itu, minyak kelapa sawit dapat menjadi jawaban atas krisis minyak nabati yang disebabkan oleh kekurangan minyak nabati secara global dan krisis energi saat ini di Eropa, terutama penggunaan biofuel minyak kelapa sawit berkelanjutan sebagai sumber energi yang sangat dibutuhkan untuk musim dingin ini. 

"CPOPC siap bekerja sama dengan negara-negara penghasil minyak nabati lainnya untuk membangun aliansi minyak nabati yang berkelanjutan di seluruh pemangku kepentingan global. Tujuan kita bersama adalah untuk menyediakan makanan dan energi yang sehat, bergizi dan terjangkau melalui rantai pasokan yang tangguh dalam menghadapi pertumbuhan populasi yang cepat," ujar Rizal.

Oleh karena itu, dalam semangat kebersamaan, konferensi ini dapat berfungsi sebagai jalan bagi negara-negara untuk memperluas kerja sama mereka dengan tujuan untuk membangun aliansi yang dipandu oleh kepentingan bersama, dan untuk memberikan rekomendasi berbagai langkah yang bisa diambil bagi negara-negara, dan pemangku kepentingan untuk merancang rantai pasokan yang tangguh, dan berkelanjutan untuk mengatasi krisis pangan dan energi di masa depan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya